Beranda Ekonomi Smart Mining Link Net Menjawab Kendala Aktivitas Pertambangan di Remote Area    

Smart Mining Link Net Menjawab Kendala Aktivitas Pertambangan di Remote Area    

714
0
Enterprise Division Head Sector Government & Regional PT Link Net Tbk., Bambang Noroyono didampingi Enterprise Business Marketing Executive, Anastasia Ratih.

NIKEL.CO.ID, 4 November 2022-Aktivitas pertambangan di remote area umumnya minim fasilitas jaringan internet dan sarana komunikasi. PT Link Net Tbk., memberikan solusi melalui produk Smart Mining. Bagaimana cara kerja layanan tersebut?

Enterprise Division Head Sector Government & Regional PT Link Net Tbk., Bambang Noroyono, mengatakan, di era Revolusi 4.0 kita tidak hanya bicara konektivitas, tapi sudah bion konektivitas. Untuk aktivitas pertambangan di remote area, Link Net sudah bermain di ICT Solution atau polular disebut Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK).

Bambang Noroyono mengutarakan, sebagai perusahaan penyelenggara jaringan tetap berbasis kabel, saat ini Link Net sedang fokus ke layanan transformasi digital. Salah satu produk Link Net adalah Smart Mining yang memanfaatkan Internet of Things (IoT).  Smart Mining memberikan solusi untuk memonitoring semua aktivitas di pertambangan dari kantor pusat.

Menurutnya, untuk memperlancar jaringan di area pertambangan, termasuk di remote area, Link Net menggunakan layanan Very Small Aperture Terminal (VSAT) yang terhubung dengan satelit. 

“Link Net sudah berpengalaman mengunakan layanan satelit. Awalnya dulu berangkat dari Lippo Star, kemudian bermain di JCSAT 4B, SES 12, hingga AsiaSat,” kata Bambang Noroyono kepada nikel.co.id di kantornya, baru-baru ini.

Bambang menjelaskan, komunikasi di remote area dapat dilakukan dengan pemasangan parabola yang dikoneksikan ke modem VSAT. Dari modem VSAT  kemudian dikirim ke saluran komunikasi yang digunakan. Baik digunakan untuk video call, telepon, atau WhatsApp.

Untuk memperlancar monitoring, kantor pusat menggunakan dashboard untuk real time monitoring. Sementara di kawasan pertambangan, akan menggunakan IoT device yang terhubung dengan konektivitas ke kantor pusat, sehingga dapat terjadi komunikasi dua arah.

“Yang kita tawarkan dari sisi IoT adalah pemanfaatan jaringan konektivitas di site pertambangan menggunakan fleet management system yang digunakan untuk utility control, water leaking detection, waste management, anti-theft system, mobility monitoring, dan drone surveillance,” jelas Bambang.

Dari sisi pekerja tambangnya sendiri, ia menambahkan, ada layanan untuk panic button, fall detection, gas sensor, positioning tracking, dan health alert.

Bambang menyebut fungsi IoT adalah untuk mengubah cara-cara konvensional yang dilakukan, misalnya di area pertambangan kemudian ditransformasikan ke digital.

Yang pasti, ungkapnya, jika aktivitas pertambangan dilakukan secara konvensional potensi kecelakaannya tinggi, kemudian terdapat kemungkinan putus komunikasi, penggunaan alat kerja belum efisien, dan minimnya pengawasan.

Untuk menjawab dari aktivitas pertambangan ke transformasi digital, Link Net juga mempunyai produk Smart Helmet yang memberikan geo-location dan mendeteksi jika pekerja mengalami kecelakaan. Produk lainnya, yaitu Asset Monitoring untuk mengukur dan mengawasi jumlah dan kualitas aset. Kemudian, Smart Band untuk mendeteksi kesehatan pekerja, panic button, dan pedometer atau alat pendeteksi gerakan. Selanjutnya produk Communicator agar pekerja selalu dapat berkomunikasi ke pimpinan dan berguna sebagai pelaporan data ke kantor pusat.

“Selain itu, Link Net juga mempunyai produk Early Detection yang diaplikasikan melalui machine learning sebagai peringatan dini ketika pekerja menuju daerah berbahaya dan sistem menganalisa di mana akan ada daerah yang rawan,” kata Bambang . (Syalom/Varrel/Syarif)