Chief Executive Officer & Founder PT Sumber Energi Surya Nusantara (SESNA), Rico Syah Alam
NIKEL.CO.ID, 2 Februari 2023-Chief Executive Officer & Founder PT Sumber Energi Surya Nusantara (SESNA), Rico Syah Alam mengutarakan, di Katulistiwa, Indonesia dikaruniai potensi energi matahari melimpah. Matahari merupakan energi yang bersih dan gratis. Namun, saat ini masyarakat Indonesia menggunakan tenaga matahari jauh lebih sedikit daripada yang disediakan matahari setiap hari.
Insinyur Ilmu Terapan lulusan salah satu universitas di Berlin, Jerman, ini kemudian memutar otak untuk memanfaatkan energi matahari untuk membantu berbagai aktivitas masyarakat Indonesia.
Ketika akhirnya Rico Syah Alam mendirikan PT SESNA, dia membuat desain instalasi plug dan play sederhana teknologi surya. Siapa sangka dari teknologi sederhana ini kelak SESNA menjadi perusahaan yang mempunyai peran kunci sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia.
“Kata “akan” tidak cukup bagi kami. Kami membuat langkah selanjutnya dengan berinvestasi pada tenaga surya,” kata Rico akan langkah usaha dan terobosan SESNA kepada nikel.co.id.
Dalam perjalanannya, SESNA menjadi perusahaan pengembang proyek sistem energi surya terkemuka di Indonesia dengan fokus pada bisnis investasi dengan modal pengembangan, rekayasa, pengadaan, dan konstruksi, serta layanan operasi dan pemeliharaan.
“SESNA akan membawa Indonesia ke masa depan yang lebih hijau,” kata pemilik tubuh tinggi, berkulit sawo matang ini.
SESNA yang belakangan menjadi holding dari beberapa anak usaha, telah menjadi pendukung dan mitra terbesar bagi Indonesia untuk mencapai ketahanan energi yang kuat dan menumbuhkan ekonomi melalui model bisnis yang diterapkan holding, yang inovatif dan hemat biaya berbasis energi terbarukan.
Menurutnya, pemakaian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sudah ada sejak lama di Indonesia. Hanya ketika itu skema bisnisnya yang berbeda. Ketika itu skemanya government spending. Jadi, perusahaan melakukan skema kontrak kepada pemerintah, dalam hal ini PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) melalui dana APBN. Karena sistemnya jual beli putus, secara kualitas tidak ada yang menjaga performance instalasi tersebut. Setelah satu, dua, tiga tahun, tidak ada yang mengoperasikan, sehingga terbengkalai.

Pada 2013 pemerintah meluncurkan proyek The First Regulation of Solar Independent Power Producer (IPP). Kemudian pada 2015 SESNA diberikan kepercayaan untuk mengerjakan proyek Solar IPP pertama di NTT. Di 2017 SESNA mengerjakan proyek Commercial Operational Date (COD) IPP Surya 1 Mega Watt peak (MWp) di Sumba. SESNA membawa Proyek IPP surya dari pengembangan ke operasi dan tahap pemeliharaan. Selanjutnya di 2019 SESNA COD IPP Surya 2 x 1 MWp di Maumere dan Ende.
SESNA yang notabene perusahaan swasta yang men-develop project, menginstal semua perangkat dengan biaya sendiri, kemudian SESNA menjual listrik kepada PLN selama masa kontrak 20 tahun. Dengan demikian, SESNA sebagai perusahaan swasta sebagai developer mempunyai kepentingan untuk menjaga performance dari PLTS yang dibangun. Untuk monitoring performance semua sudah dilakukan secara digital.
Ia mengatakan, dari poyek EBT ke PLN, ternyata market ke swasta mulai berkembang. Pihak swasta mulai ingin menginvestasikan pembangunan PLTS. Pertimbangannya, pertama, terkorelasi dengan isu green energy dan climate changes. Kadang ada pembeli di Eropa yang melakukan kontrak bisnis untuk pembelian produk dari suatu pabrik, namun meminta komitmen pihak pabrik untuk mendukung green energy.
Seiring perjalanan bisnis, track record SESNA semakin berkembang, hingga masuk market swasta dalam skala lebih besar. SESNA telah mengembangkan proyek listrik surya berkapasitas 200 MWp di Kawasan Industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tenggara.
Menurut Rico, potensi penyediaan PLTS di Indonesia sangat besar. Namun untuk kategori implementasi, bisa dikatakan Indonesia berada di posisi paling bawah. Sekarang Indonesia berada di bawah Singapura, Philipina, dan Thailand. Padahal potensi Indonesia paling besar. Karena itu, kehadiran SESNA sekaligus ingin membantu pemerintah untuk memanfaatkan PLTS di Indonesia.
“Kita ingin SESNA menjadi the biggest solar energy project developer company with the biggest capacity installed di Indonesia. Tahun ini kita menargetkan dapat menginstal listrik surya 400 MWp, ke depan saya melihat ada potensi untuk menginstal listrik surya 500 sampai 600 MWp,” kata Rico optimistis. (Adv)