NIKEL.CO.ID, 6 November 2022-Koordintor Balai Besar Pengujian Mineral dan Batubara (BBPMB) tekMIRA, Isyatun Rodliyah mengatakan, dari hasil uji profisiensi khusus komoditas nikel laterit, dua laboratorium dinyatakan outlier. Perlu dilakukan tahap investigasi dan uji banding hingga dinyatakan inlier.
BBPMB tekMIRA sejak Senin hingga Selasa, 5-6 Desember, menyelenggarakan pertemuan teknis untuk uji profisiensi komoditas abu batubara, batubara, dan nikel laterit untuk program tahun 2022 di Putri Duyung, Ancol, Jakarta Utara.
“Uji profisiensi dimaksudkan untuk melihat hasil kinerja eksternal dari setiap laboratorium dan untuk memperbaiki kinerja, serta menjamin mutu dan kualitas hasil analisis,” jelas Isyatun kepada nikel.co.id, di sela acara pertemuan teknis uji profisiensi, Selasa (6/12/2022).
Ia menyebutkan, peserta uji profisiensi tahap pertama ini untuk komoditas batubara ada 39 laboratorium, abu batubara 15 laboratorium, dan nikel laterit 29 laboratorium. Uji profisiensi ini dilakukan dalam dua putaran. Putaran pertama diselenggarakan 16 Februari dan putaran kedua di Juni 2022.
Dari hasil uji profisiensi khusus komoditas nikel laterit, dari 29 laboratorium sebanyak dua laboratorium dinyatakan outlier. Isyatun menerangkan, tindak lanjut dari laporan uji profisiensi ini adalah investigasi dari internal laboratorium yang dinyatakan outlier.
“Setelah dilakukan investigasi tahap selanjutnya dilakukan pengujian kembali untuk melihat apakah investigasi yang dilakukan itu sudah tepat atau belum. Ketika nanti kembali dilakukan uji banding dan hasilnya sudah sesuai, maka dinyatakan bahwa hasil investigasi dari laboratorium yang dinyatakan outlier itu sudah memenuhi syarat. Sehingga dimasukkan dalam uji profisiensi ini menjamin mutu, kualitas dari sertifikat yang dikeluarkan oleh setiap laboratorium,” tuturnya.
Isyatun mengutarakan, tahun depan BBPMB tekMira akan menyelenggarakan uji profisiensi untuk komoditas yang sama, mungkin akan ditambah untuk komoditas mineral.
Sebagai informasi, Program Uji Profisiensi untuk bahan uji nikel laterit putaran pertama 2022 yang diselenggarakan oleh BBPMB tekMIRA, Kementerian ESDM, mengacu pada Persyaratan Umum Uji Profisiensi ISO/IEC 17043:2010/Amd1:2015.
Program ini diikuti oleh 29 laboratorium penguji yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Parameter uji SiO2, Fe2O3, Al2O3, CaO, MgO, dan Ni diikuti oleh seluruh peserta, sedangkan untuk parameter Co, Cr2O3, dan LOI diikuti oleh 24 peserta. Dari seluruh parameter yang diujikan, seluruh peserta menyampaikan laporan hasil ujinya pada waktu yang telah ditetapkan.
Penetapan nilai acuan (𝑥𝑝𝑡) dan ketidakpastian nilai acuan 𝑢(𝑥𝑝𝑡), serta standar deviasi item uji profisiensi (𝜎𝑝𝑡), diperoleh dari konsensus hasil peserta dari data robust menggunakan algoritma A.
“Nikel laterit merupakan batuan induk bijih nikel, tentunya memiliki unsur lain selain unsur nikel sendiri di dalamnya. Pentingnya mengetahui berapa kadar masing-masing unsur tersebut, di antaranya adalah untuk menentukan bagaimana metode proses pengolahannya serta untuk menilai kelayakan suatu usaha tambang nikel maupun industri turunannya,” tutur Isyatun.
Karenanya, dia menekankan, menyatakan nilai pengukuran suatu parameter yang tepat oleh laboratorium penguji untuk menunjukkan spesifikasi nikel laterit menjadi sangat penting.
Laboratorium penguji perlu melakukan prosedur jaminan mutu eksternal untuk menunjukkan bahwa kinerja laboratoriumnya baik, sehingga hasil pengujian yang diterbitkan dapat dipercaya. Salah satu cara untuk memantau unjuk kerja laboratorium penguji dalam rangka menjamin keabsahan data hasil pengujian yang diterbitkan adalah dengan berpartisipasi dalam uji profisiensi. (Michael/Syarif)