Beranda Berita International Hawkish Ganggu Harga Nikel

Hawkish Ganggu Harga Nikel

404
0

NIKEL.CO.ID, 1 September 2022— Hingga awal September harga nikel masih berkutat di angka US$ 21.250 per ton, seperti terpantau di London Metal Exchange (LME) Kamis ini, (1/9/2022) pukul 15.39 WIB. Jika dibandingkan penutupan kemarin US$ 22.245 per ton, harga tersebut lebih rendah.

Logam dasar LME ditutup sebagian besar dengan kerugian karena angka ketenagakerjaan ADP Agustus kurang dari yang diharapkan, meningkat hanya 132.000. Sehingga menghalangi pasar untuk terus bertaruh pada dolar panjang sebelum rilis non-farm payrolls data pada hari Jumat. Dan suara hawkish dari pejabat Fed AS juga membebani sentimen pasar.

Pidato beberapa pejabat di Federal Reserve yang kerap menyuarakan hawkish berefek kekhawatiran pasar tentang kenaikan suku bunga yang agresif, dengan saham AS ditutup lebih rendah untuk hari keempat berturut-turut pada hari Rabu, dan mencatat kinerja Agustus terlemah dalam tujuh tahun. Harga tembaga tertekan dengan kehati-hatian di sisi makro.

Di sisi penawaran, premi spot nikel murni menunjukkan perbedaan yang besar. Premium nikel Jinchuan menguat di tengah dukungan permintaan hilir, sementara nikel Nornikel turun karena permintaan yang lemah. Untuk NPI, situasi oversupply tetap menahan harga NPI di tengah tingginya persediaan dan terus masuknya NPI Indonesia.

Di sisi permintaan, harga spot baja tahan karat di Wuxi dan Foshan stabil, dan kemungkinan akan tetap dalam kisaran dengan beberapa potensi penurunan dalam waktu dekat. Untuk paduan, sektor militer mengungguli sektor sipil. Singkatnya, harga nikel akan tetap pada level saat ini dengan beberapa potensi penurunan dengan permintaan hilir yang sedikit meningkat.

Fundamentalnya sedikit berubah hari ini, dan persediaan yang rendah masih menopang harga tembaga. Dan pasokan kemungkinan akan meningkat dengan masuknya tembaga impor dan lebih sedikit gangguan dari penjatahan listrik. Tembaga akan mendapatkan lebih sedikit dukungan dari fundamental.

Walaupun harga nikel melemah, prosek komoditas nikel kedepanya masih di bilang cukup baik dikutip dari berbagai sumber provinsi Sichuan di barat daya China, kembali melanjutkan pasokan listriknya untuk penggunaan industri dan perumahan. Sehingga, pabrik-pabrik pun telah memulai kembali produksi mereka, setelah sempat diperintahkan untuk ditutup pada 15 Agustus 2022.

“Permintaan komoditas tambang meningkat, pasokan listrik yang baru-baru ini ditingkatkan dapat meningkatkan permintaan karena proyek hilir meningkat, tetapi sentimen keseluruhan masih bearish di tengah sektor properti yang bermasalah,” kata seorang pedagang.

Namun, EIU memperkirakan permintaan global untuk nikel akan meningkat kuat pada periode perkiraan 2022/2023. (Fia/Editor:Syarif)

Artikulli paraprakUE Larang Kendaraan Emisi Karbon di 2050, Nikel Indonesia Pegang Peran Kunci
Artikulli tjetërMengejar Emisi Nol Karbon 2060 di Indonesia