NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Aktivitas konsumsi karyawan di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, sepanjang 2025. Hasil kajian tim Research and Departemen Secretariat General Affair PT IMIP mencatat, perputaran uang di wilayah tersebut mencapai sekitar Rp499,1 miliar per bulan atau setara Rp5,9 triliun per tahun.
Riset yang dilakukan pada Oktober 2025 menunjukkan nilai rata-rata pengeluaran bulanan karyawan mencapai Rp5.750.880 per orang, dengan alokasi terbesar untuk makanan dan minuman sebesar Rp2,19 juta serta biaya kos/kontrakan sekitar Rp1,26 juta per bulan. Dengan total pekerja di IMIP mencapai 86.804 orang (data Departemen HR PT IMIP, September 2025), konsumsi tenaga kerja menjadi faktor dominan yang menggerakkan ekonomi lokal, termasuk sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

“Bahodopi berkembang bukan hanya karena industri, tetapi juga konsumsi warga yang bergerak setiap hari. Pola pengeluaran pekerja ini membuat ekonomi lokal mengalir sejak pagi hingga malam,” ujar Media Relations Head PT IMIP, Dedy Kurniawan, menjelaskan temuan utama riset tersebut sebagaimana dikutip laman PT IMIP, Senin (1/12/2025).
Berkembangnya konsumsi harian pekerja turut mendorong pertumbuhan pesat UMKM di Bahodopi. Riset menunjukkan 57% responden masih memilih berbelanja di warung dan kios sekitar tempat tinggal, terutama karena faktor kedekatan lokasi (64%). Unit usaha jenis Pertamini menjadi yang paling banyak dengan 981 unit, disusul stan minuman (735 unit), stan makanan non-bangunan (670 unit), kios (648 unit), serta warung makan (591 unit).
Selain sektor kuliner dan kebutuhan harian, permintaan layanan jasa seperti penatu, transportasi, dan ritel meningkat signifikan sejalan bertambahnya jumlah penduduk yang mayoritas merupakan karyawan industri.
Dedy menambahkan, perkembangan UMKM juga memberikan efek sosial positif.
“Banyak pelaku usaha kini mempekerjakan antara 1 hingga 5 orang untuk menunjang operasional harian. Kondisi ini mencerminkan peran UMKM sebagai sektor penting penyerap tenaga kerja dan meningkatkan kemandirian ekonomi warga,” ujarnya.
Tren transaksi nontunai terus meningkat seiring adaptasi UMKM terhadap kebutuhan konsumen pekerja industri yang menuntut kecepatan dan kemudahan layanan. Sebanyak 53 persen pelaku UMKM kini menyediakan opsi pembayaran digital melalui QRIS.

Meski 60% karyawan masih mengandalkan pembayaran tunai, penggunaan kombinasi tunai dan nontunai mencapai 35%. Sekitar 49% karyawan bahkan tercatat pernah menggunakan QRIS setidaknya satu kali dalam sebulan terakhir.
Fenomena ini selaras dengan analisis Bank Indonesia Sulawesi Tengah yang mencatat transaksi QRIS di Morowali melonjak 364% pada April 2025 dibanding tahun sebelumnya. Kendati demikian, riset juga mengungkap dua kendala utama percepatan adopsi digital: kebiasaan penggunaan uang tunai (56%) serta keterbatasan jaringan internet dan layanan merchant (36%).
Secara keseluruhan, hasil riset menunjukkan bahwa 2025 menjadi periode dengan dinamika ekonomi Bahodopi yang progresif. Aktivitas belanja karyawan, tingginya kebutuhan harian, serta adaptasi UMKM terhadap perubahan pasar membentuk ekosistem ekonomi lokal yang semakin kuat dan modern. Dengan perputaran uang tahunan yang menembus Rp5,9 triliun, karyawan IMIP dipastikan terus menjadi penggerak utama ekonomi Bahodopi, sekaligus memperkuat struktur pembangunan ekonomi masyarakat di lingkar industri Morowali. (Shiddiq)






















