NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) merilis Indeks Harga Nikel Indonesia (Indonesia Nickel Price Index/INPI) terbaru per 24 November 2025. Harga sejumlah komoditas nikel yang dihimpun dari Shanghai Metals Market (SMM) tercatat bergerak bervariasi dengan beberapa produk mengalami koreksi tipis.
Berdasarkan rilis tersebut, harga bijih nikel 1,2% cost, insurance, and freight (CIF) berada pada kisaran US$22–US$24 per ton dengan rata-rata US$23, stabil tanpa perubahan dari periode sebelumnya. Sementara itu, bijih nikel 1,6% CIF tercatat di kisaran US$51,5–US$53,5 per ton, dengan rata-rata US$52,5, turun US$0,2.

Di sisi hilir, harga nickel pig iron (NPI) freight on board (FOB) berada di level US$110,02 per ton, mengalami koreksi tipis US$0,06. Produk olahan lanjutan high-grade nickel matte tercatat pada rata-rata US$13.108 per ton, turun US$72.
Untuk produk antara lainnya, mixed hydroxide precipitate (MHP) FOB juga menunjukkan pelemahan. Harga berada pada level US$12.831 per ton, terkoreksi US$70 dibandingkan rilis sebelumnya.

Sekretaris Umum APNI, Meidy Katrin Lengkey, menegaskan bahwa publikasi INPI bertujuan memberikan transparansi harga bagi pelaku industri nikel.
“Termasuk penambang, smelter, dan pemangku kepentingan lainnya, sebagai acuan transaksi yang lebih adil dan berbasis data pasar yang kredibel,” tegas Meidy dalam keterangannya, Senin (24/11/2025).
Rilis harga terbaru ini mencerminkan kondisi pasar nikel global yang masih fluktuatif, dipengaruhi dinamika pasokan, permintaan industri baterai, serta perkembangan ekonomi internasional. “APNI menyatakan akan terus memperbarui INPI secara berkala sesuai pergerakan harga internasional,” pungkasnya. (Shiddiq)



























