Beranda Berita Nasional DSS+ Soroti Pentingnya Integrasi Penutupan Tambang Sejak Tahap Eksplorasi

DSS+ Soroti Pentingnya Integrasi Penutupan Tambang Sejak Tahap Eksplorasi

51
0
Transformation & Operational Consultant DSS+, Yulvan Bermana (Foto: MNI)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Penutupan tambang bukanlah proses yang dilakukan di akhir operasi, melainkan rangkaian panjang yang harus direncanakan sejak awal siklus pertambangan, termasuk pada tahap eksplorasi.

Hal itu ditegaskan oleh Transformation & Operational Consultant DSS+, Yulvan Bermana, dalam pemaparannya di Indonesia Mine Closure Conference (IMCC) 2025, di Soehana Hall, SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025).

Yulvan menjelaskan, setiap negara memiliki standar dan regulasi yang berbeda terkait penutupan tambang. Contohnya, Australia dan berbagai negara lain telah menerapkan standar global terkait penutupan tambang. Karena itu, perusahaan perlu memahami bagaimana standar global dapat diterapkan tanpa mengabaikan kewajiban regulasi di Indonesia.

https://www.tickettailor.com/events/invr/1589356

“Setiap standar memiliki kekuatan dan peluang masing-masing, tetapi pada akhirnya semua kembali pada pilihan perusahaan: apakah ingin menggunakannya atau tidak. Jika ingin menggunakan standar global, penerapannya harus tetap mengikuti regulasi Indonesia,” ujarnya.

Salah satu perbedaan penting antarstandar internasional, katanya melanjutkan, terletak pada fokus dan kekuatan masing-masing. International Council on Mining and Metals (ICMM), misalnya, memiliki kekuatan pada integrasi proses penutupan tambang secara menyeluruh sejak perencanaan. Sementara itu, standar dari International Labour Organization (ILO) dan International Programme on the Elimination of Child Labour (IPEC) lebih menitikberatkan perlindungan masyarakat pada fase sebelum penutupan, terutama ketika tambang masih berproduksi.

“Tujuan utama penutupan tambang tetaplah memastikan terciptanya warisan positif dan masa depan yang lebih baik bagi generasi berikutnya,” tuturnya.

https://event.cnfeol.com/en/event/339

Berdasarkan berbagai standar yang dipelajari, ia menyebutkan, ada lima prinsip utama penutupan tambang yang ideal. Pertama, kejelasan dan perencanaan interaktif yang dimulai sejak eksplorasi. Kedua, keterlibatan pemangku kepentingan, termasuk komunitas dan pemerintah daerah. Ketiga, rehabilitasi lingkungan. Keempat, kesiapan finansial yang harus disiapkan sejak awal. Kelima, pemantauan dan manajemen adaptif sepanjang siklus hidup tambang.

Aspek finansial, katanya menekankan, merupakan salah satu tantangan terbesar dalam penutupan tambang karena proses tersebut membutuhkan pendanaan yang sudah harus disiapkan sejak awal siklus operasi.

“Kita harus menyiapkan budget untuk penutupan. Kita harus menyiapkan uang sebelum masuk ke tahap penutupan,” jelasnya.

Dia menilai, ICMM menyediakan framework yang paling komprehensif, termasuk enam elemen utama dan alat penilaian tingkat kematangan (maturity) bagi perusahaan. Penilaian tersebut membantu perusahaan memahami posisi saat ini dan gap yang harus ditutup sebelum memasuki tahap penutupan tambang.

“Maturitas hanya alat untuk memahami posisi kita sekarang. Setelah memahami perbedaan, perusahaan dapat mengidentifikasi peningkatan utama yang perlu dilakukan,” katanya.

Ia juga memberikan beberapa rekomendasi, mulai dari penggunaan framework ICMM untuk penilaian diri, keterlibatan komunitas lokal secara transparan, persiapan anggaran khusus penutupan sejak awal, hingga pemanfaatan pihak ketiga untuk melihat sudut pandang berbeda dalam mengidentifikasi kesenjangan antara kondisi perusahaan saat ini dan standar penutupan tambang yang ideal. (Tubagus/R)