NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Perkembangan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) kian mendekat dan menjadi bagian penting dari masa depan industri otomotif dunia. Tetapi, di balik optimisme tersebut, Indonesia masih menghadapi tantangan besar terkait ketersediaan pasokan nikel sebagai bahan utama baterai EV.
Direktur Eksekutif Asosiasi Tambang Batuan Indonesia (ATBI), Commissioner in PT Pentral Indonesia, Wisnu Salman, mengatakan, meski masa depan kendaraan listrik terlihat semakin cerah, proses transisi menuju energi bersih ini masih membutuhkan waktu panjang dan kesiapan menyeluruh, terutama dari sisi pasokan bahan baku baterai.

“Masa depan untuk EV makin baik ke depannya, tapi tentunya akan butuh waktu yang sangat panjang,” katanya dalam EVCharge Live Indonesia, di ICE BSD, Tangerang, Banten, Jumat (7/11/2025).
Ia menambahkan, pekerja di sektor minyak dan energi konvensional pun perlu mulai memahami peran penting baterai berbasis lithium ferro phosphate (LFP) maupun berbasis nikel dalam mendukung era kendaraan listrik.
Saat ini kebutuhan nikel untuk smelter di Indonesia mencapai 300 juta ton per tahun dan berpotensi meningkat hingga 500 juta ton per tahun seiring dengan meningkatnya permintaan global terhadap kendaraan listrik. Namun, kebijakan moratorium pembangunan smelter nikel kelas dua yang sedang diberlakukan menjadi tantangan tersendiri bagi industri pengolahan nikel dalam negeri. Selain itu, penutupan sejumlah tambang nikel juga mempengaruhi pasokan bahan baku.

“Kondisi ini membuat industri smelter harus memastikan bahwa teknologi yang digunakan semakin kuat dan efisien. Beberapa tambang di wilayah Pulau Gag ada sekitar empat tambang telah ditutup, dan hal ini berdampak pada pasokan nikel ke smelter,” jelasnya.
Meskipun begitu, ia berharap upaya seperti transformasi ke sistem Minerba ESDM dapat membantu menjaga kestabilan pasokan nikel di dalam negeri. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan kebutuhan nikel nasional tetap terpenuhi dan industri smelter Indonesia mampu menopang pertumbuhan kendaraan listrik global.
“Yang penting, kepastian pasokan dan penguatan teknologi harus berjalan beriringan. Karena masa depan kendaraan listrik sangat bergantung pada kemampuan kita menjaga pasokan nikel yang memadai,” pungkasnya. (Uyun)


























