NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Harga nikel global yang turun sejak akhir 2024 bukan hambatan. Justru penurunan 5,2% tersebut membuka peluang besar bagi industri nikel domestik untuk mengambil alih dominasi pasar non China.
Direktur Utama PAM Mineral, Ruddy Tjanaka, mengatakan, ketegangan antara China dan negara Barat yang membuat banyak negara mencari alternatif pasokan logam kritis dapat menjadi peluang strategis bagi industri nikel domestik.
“Indonesia dapat memanfaatkan peluang itu sebagai pemain kunci non-China. Selain itu, kondisi oversupply juga terlihat mulai berkurang, tercermin dengan pelemahan harga acuan nikel domestik yang mulai membaik,” katanya, Senin (3/11/2025), sebagaimana dikutip dari media.
Imbas kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat yang masih menghantui stimulus ekonomi global dan adanya kelebihan pasokan yang dapat menambah tekanan pada harga nikel, PAM Mineral memprediksi pada kuartal IV-2025 harga nikel masih bergerak fluktuatif.
Diketahui, penjualan PAM Mineral per September naik 64,82% sebesar Rp1,35 triliun dibandingkan sebelumnya Rp821 miliar. Pada kuartal III/2025 ini lonjakan terjadi karena peningkatan volume penjualan nikel yang naik 88,76% dari yang sebelumnya 1,27 juta ton menjadi 2,40 juta ton.
Selain itu, laba kotor perseroan melonjak 104,53% secara tahunan dari Rp293,80 miliar menjadi Rp600,92 miliar. Kemudian, laba kotor juga naik dari 35,77% menjadi 44,39% dan laba bersih naik 131,28% menjadi Rp401,66 miliar pada kuartal III/2025 dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp173,66 miliar, seiring dengan efisiensi operasional.
Namun, total aset perseroan tercatat menurun meskipun kinerja operasional kuat yakni menjadi Rp971,88 miliar, turun 7,45% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp1,05 triliun. (Uyun)


























