
NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Upaya Indonesia untuk menjadi pusat rantai pasokan baterai lithium-ion (Li-ion) di kawasan Asia Tenggara mengemuka dalam Seminar SMM Indonesia 2025 bertajuk “Baterai Li-ion & Penyimpanan Energi” yang diselenggarakan hari ini di Hotel Yuan Garden, Jakarta Pusat, Selasa (16/9/2025).
Seminar ini diselenggarakan oleh Shanghai Metals Market (SMM) dan menghadirkan sejumlah pemangku kepentingan kunci dari sektor industri, pemerintah, serta perusahaan global. Kegiatan ini membahas peluang, tantangan, dan strategi pengembangan ekosistem baterai serta penyimpanan energi di Indonesia dan Asia Tenggara.

Acara ini diisi oleh pembicara nasional dan internasional, antara lain:
* Florence Bostyn, Direktur Keuangan Logam & Pertambangan APAC dari ING Banking
* Septian Hario Seto, Anggota Dewan Ekonomi Nasional Republik Indonesia
* Ferry Kurniawan, Pemimpin Segmen Negara, Pertambangan & Mineral, Schneider Electric
* Vinícius Mendes Ferreira, Penasihat Eksekutif Hilirisasi Nikel PT Vale Indonesia
* Rizwan Aryadi Ramdhan, Direktur Investasi Hilir Mineral & Batubara, BKPM
* Ricky Andrian, Wakil Presiden Dekarbonisasi PT PLN (Persero)
* Stephen W. Wilmot, Ketua dan Pendiri Pure Battery Technologies
* Kevin Changbin Qiu dari HyperStrong

Acara terbagi dalam beberapa sesi penting:
1. Panel Material Baterai:
* Pengembangan regional jalur material utama Li-ion Battery (LiB) di Asia Tenggara.
* Efek teknologi NCM dan LFP terhadap strategi industri.
* Strategi lokalisasi material anoda berbasis nikel Indonesia.
* Optimalisasi kapasitas regional dan regulasi lintas batas.

2. Sesi Keynote & Panel Penyimpanan Energi (Energy Storage):
* Tren pertumbuhan pasar global sistem penyimpanan energi (ESS).
* Strategi pengembangan pasar ESS Indonesia.
* Penyusunan regulasi BESS (Battery Energy Storage System) yang berkelanjutan.
* Panduan pengadaan teknologi pendukung seperti transformator dan inverter.

Dalam sambutannya, Septian Hario Seto menegaskan bahwa hilirisasi nikel dan pengembangan baterai merupakan langkah strategis dalam memperkuat kedaulatan energi nasional.
“Indonesia harus memastikan nilai tambah dari sumber daya alamnya dinikmati di dalam negeri dan menjadi bagian penting dalam rantai pasok global,” ujarnya.

Sementara itu, Florence Bostyn menyoroti pentingnya pendanaan berkelanjutan dan kerja sama lintas negara untuk mempercepat pengembangan industri baterai.
Seminar ini menjadi bagian dari seri SMM Indonesia 2025 yang bertujuan menjembatani kolaborasi antara sektor industri, keuangan, dan pemerintah. Fokusnya adalah menciptakan roadmap terintegrasi untuk pengembangan rantai pasok baterai dan sistem penyimpanan energi yang efisien, berkelanjutan, dan berdaya saing global.

Kegiatan ini juga membuka peluang investasi di sektor hilirisasi, menyasar material baterai seperti pCAM, CAM, dan LFP, yang diproyeksikan akan menjadi tulang punggung kendaraan listrik dan solusi energi bersih dalam 3–4 tahun mendatang.
Melalui forum ini, Indonesia menunjukkan keseriusannya dalam menata strategi energi masa depan, dengan memanfaatkan potensi sumber daya mineral dan dorongan kebijakan hilirisasi. Kolaborasi regional dan adaptasi terhadap standar internasional disebut sebagai kunci untuk menembus pasar global dan memperkuat ketahanan energi nasional. (Shiddiq)