Beranda Berita International Carsurin Bangun Proyek PLTS Terbesar di Indonesia, Dukung Smelter Nikel Ramah Lingkungan

Carsurin Bangun Proyek PLTS Terbesar di Indonesia, Dukung Smelter Nikel Ramah Lingkungan

226
0
Direktur Carsurin, Hal Loevy dalam acara The 4th Nickel Producers, Processors, and Buyers Conference, di Shangri-La Hotel Jakarta, Jumat (8/8/2025)
https://www.apni.or.id/pendaftaranTTM

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Perusahaan jasa pengujian dan inspeksi terkemuka, Carsurin, mengumumkan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala besar untuk mendukung operasional industri nikel di Indonesia. Langkah ini diambil sebagai bagian dari komitmen terhadap energi bersih dan pemenuhan standar lingkungan global.

Direktur Carsurin, Hal Loevy, mengatakan, perusahaannya telah membangun PLTS untuk sejumlah operasi pertambangan dan peleburan nikel, termasuk proyek di Morowali yang bekerja sama dengan Heng Jaya Miniralindo (anak usaha Nickel Industries Limited).

“Kami tengah mengembangkan proyek tenaga surya terbesar di Indonesia dengan kapasitas 255 MWp dan baterai 80 MWh, yang akan mendukung dua fasilitas smelter milik Nickel Industries,” ujar Loevy dalam acara The 4th Nickel Producers, Processors, and Buyers Conference, di Shangri-La Hotel Jakarta, Jumat (8/8/2025).

Proyek tersebut, sambungnya, dijadwalkan mulai dibangun September 2025 dan ditargetkan selesai dalam 12 bulan. Selain itu, Carsurin juga telah menyepakati kesepakatan baru untuk proyek rooftop PLTS di fasilitas HPAL dengan kapasitas 10 MWp dan baterai 3 MWh.

https://event.cnfeol.com/en/event/333

Dia menekankan, keberadaan tenaga surya kini semakin penting bagi industri nikel. Sebagian besar listrik untuk pabrik pengolahan nikel masih berasal dari pembangkit batu bara, yang berkontribusi besar terhadap emisi karbon.

“Sekitar 63% emisi RKEF dan 42% emisi HPAL berasal dari listrik berbasis batu bara. Padahal, nikel yang digunakan untuk EV harus dihasilkan dari energi yang bersih agar kendaraan tersebut benar-benar ramah lingkungan,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menyebutkan, perusahaan global, seperti Tesla, CATL, hingga UAT, menuntut bahan baku rendah karbon. Ia meyakini bahwa sertifikasi independen seperti IRMA dan Nickelmark akan menjadi standar industri di masa depan. Jika Indonesia tidak segera beralih ke energi bersih, nikel nasional bisa kalah bersaing di pasar global.

Dari sisi biaya, menurut dia, tenaga surya memberikan keuntungan kompetitif dibandingkan batu bara. Energi matahari tidak hanya bebas bahan bakar, tapi juga memiliki biaya pemeliharaan rendah dan harga yang lebih stabil dalam jangka panjang.

https://www.heliexpoasia.co.id/?utm_id=Hexia25-MNI&utm_source=media

“Batu bara itu fluktuatif, penuh risiko transportasi dan bisa dikenai pajak karbon. Sementara tenaga surya punya biaya tetap selama 20–25 tahun,” katanya.

Carsurin juga menawarkan model bisnis tanpa investasi awal bagi pelanggan industri. Melalui skema perjanjian layanan sewa (offtake leasing agreement), Carsurin akan menanggung biaya pembangunan dan operasional PLTS, sementara pengguna hanya membayar biaya tetap yang kompetitif dibandingkan harga listrik konvensional.

Ia menjelaskan, PLTS dapat dipasang di berbagai lokasi seperti lahan bekas tambang, atap fasilitas industri, hingga area perairan untuk sistem tenaga surya terapung. Untuk instalasi rooftop, waktu pengerjaannya hanya sekitar 3-6 bulan, sementara proyek skala besar membutuhkan 8-12 bulan tergantung kompleksitasnya.

Menanggapi kekhawatiran tentang efisiensi tenaga surya di Indonesia yang hanya maksimal di siang hari, menurutnya, sistem tenaga surya yang digunakan bersifat on-grid, sehingga tetap terhubung ke jaringan listrik utama.

“Tenaga surya itu pelengkap, bukan pengganti. Ketika produksinya rendah di hari berawan, sumber lain dari jaringan akan mengisi kekurangannya. Jadi tidak mengganggu produksi,” ujarnya.

Ia pun menekankan, proyek PLTS ini telah sesuai dengan regulasi yang berlaku, yaitu Permen ESDM No. 11 Tahun 2021 terkait ketenagalistrikan dan mendukung target pemerintah untuk mencapai 46,3 gigawatt energi terbarukan dalam peta jalan dekarbonisasi nasional.

Dengan pengembangan agresif ini, Carsurin berharap dapat mendorong transformasi energi bersih di industri nikel, sekaligus memperkuat daya saing Indonesia di pasar global. (Lily/Shiddiq)