

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Transformasi digital dalam industri pertambangan menjadi sorotan utama dalam Indonesia Smart Mining Conference 2025 yang digelar di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (16/7/2025). Dalam sesi diskusi panel bertajuk “AI & Automation in Smart Mining Operations,” para pembicara sepakat bahwa otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) menjadi kunci masa depan sektor pertambangan yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan.
Salah satu panelis, Prasetyo Gema, CEO Sentinel, menyampaikan pentingnya pendekatan human-centered dalam penerapan teknologi digital. Sentinel merupakan pengembang aplikasi manajemen keselamatan kerja di sektor industri, termasuk inspeksi, laporan insiden, manajemen risiko, hingga tindakan korektif.
“AI dan otomasi harus dimanfaatkan untuk augment the human aspect. Bukan menggantikan manusia, tapi meningkatkan kemampuan mereka,” ujar Prasetyo di hadapan peserta konferensi.

Ia menekankan bahwa digitalisasi dalam industri pertambangan bukan hanya tren, melainkan keniscayaan. Dalam diskusi bersama lima panelis lainnya, seluruh peserta sepakat bahwa semua sektor, termasuk pertambangan dan mineral, akan terdigitalisasi sepenuhnya dalam waktu dekat.
Menurut Prasetyo, teknologi memungkinkan pekerja tambang untuk bertransformasi. Dari peran tradisional sebagai operator lapangan, mereka ke depan akan beralih menjadi pengendali sistem jarak jauh atau bahkan insinyur dan manajer, dengan dukungan AI yang menjamin keselamatan dan efisiensi kerja.
“Faktor manusia tidak akan hilang, bahkan 50 tahun ke depan pun. AI hadir untuk membuat pekerjaan lebih aman dan lebih mudah, bukan mengambil alih seluruhnya,” tambahnya.
Selain aspek keselamatan, digitalisasi juga disebut berperan besar dalam mendukung target keberlanjutan industri. Sentinel mencatat, penerapan teknologi digital dapat mengurangi jejak karbon hingga 20 persen pada tahun 2020—dan tren tersebut terus meningkat.

Digitalisasi juga membantu perusahaan tambang, termasuk di sektor nikel, dalam mengakses data secara real-time, meningkatkan akurasi, serta mempercepat pengambilan keputusan. Hal ini, menurut Prasetyo, menjadi landasan penting dalam mendukung iklim industri yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Konferensi ini diinisiasi oleh Petromindo dan menghadirkan berbagai pemangku kepentingan industri pertambangan nasional. Sesi panel turut membahas tantangan implementasi teknologi, seperti kebutuhan pelatihan tenaga kerja, investasi infrastruktur digital, serta pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat transformasi tambang cerdas di Indonesia. (Shiddiq/Lily)