
NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Indonesia menegaskan komitmennya menjadi pemain global dalam industri baterai kendaraan listrik (EV) melalui strategi hilirisasi nikel. Langkah ini ditandai dengan groundbreaking pabrik baterai EV terintegrasi terbesar di Asia Tenggara pada 29 Juni 2025 di Karawang, Jawa Barat, oleh Presiden Prabowo Subianto.
Direktur Hubungan Kelembagaan Indonesia Battery Corporation (IBC), Reynaldi Istanto, menyebut hilirisasi nikel sebagai pilar utama dalam mendorong nilai tambah sumber daya alam Indonesia. Dalam tayangan CNBC Indonesia, Reynaldi mengungkapkan bahwa proses hilirisasi nikel menjadi baterai mampu meningkatkan nilai tambah hingga 67 kali lipat dibandingkan menjual nikel mentah.

“Hilirisasi ini bukan sekadar industrialisasi, tapi juga bukti bahwa Indonesia mampu naik kelas dari sekadar pasar menjadi pemain utama dalam ekosistem EV global,” ujar Reynaldi dalam tayangan RI Menuju Pusat Baterai Dunia, Hilirisasi Nikel Jadi Andalan, Kamis (10/7/2025).
Pabrik baterai yang dimiliki oleh konsorsium termasuk IBC ini akan mulai beroperasi tahap pertama pada Juni 2026 dengan kapasitas produksi 6,9 gigawatt jam (GWh), cukup untuk 100 ribu unit mobil listrik. Dalam lima tahun, kapasitasnya akan ditingkatkan menjadi 15 GWh—setara 200 ribu mobil listrik—menjadikannya sebagai hub baterai EV di Asia Tenggara.

Menurutnya, langkah hilirisasi ini merupakan implementasi dari visi Presiden Prabowo dalam Asta Cita poin kelima, yaitu menciptakan nilai tambah melalui pengolahan sumber daya dalam negeri.
“Dengan kontribusi 35% dari total komponen EV, baterai adalah bagian paling strategis. Jika kita bisa kuasai ini, kita bisa kuasai industri kendaraan listrik dunia,” jelasnya.
Selain nilai tambah ekonomi, hilirisasi juga membuka lapangan kerja luas. Proyek ini diperkirakan menyerap 8.500 tenaga kerja langsung dan hingga 35.000 tenaga kerja tidak langsung. IBC juga telah mengirimkan 100 teknisi ke Tiongkok untuk pelatihan sebagai bagian dari transfer teknologi.

Dengan hilirisasi nikel sebagai andalan, Indonesia tidak hanya mengandalkan kekayaan alam, tapi juga membangun fondasi industri masa depan yang berdaya saing tinggi di kancah global. (Shiddiq)