Beranda Berita Nasional Ekspor Nikel ke Tiongkok Capai US$ 2,73 Miliar, BPS: Jadi Salah Satu...

Ekspor Nikel ke Tiongkok Capai US$ 2,73 Miliar, BPS: Jadi Salah Satu Kontributor Utama Ekspor Nonmigas

82
0
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam rilis resmi statistik yang disampaikan pada Selasa (1/7/2025)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Tiongkok masih menjadi negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia pada periode Januari hingga Mei 2025. Salah satu komoditas unggulan yang mendorong tingginya nilai ekspor ke negara tersebut adalah nikel dan turunannya, dengan nilai mencapai US$ 2,73 miliar atau setara Rp 44,21 triliun.

“Nikel dan barang daripadanya termasuk dalam kelompok produk dengan kode HS75, yang menyumbang sebesar 11,25% dari total ekspor nonmigas Indonesia ke Tiongkok, menjadikannya salah satu kontributor utama,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam rilis resmi statistik yang disampaikan pada Selasa (1/7/2025).

Secara keseluruhan, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Tiongkok mencapai US$ 24,25 miliar selama lima bulan pertama tahun ini. Selain nikel, komoditas utama lainnya adalah besi dan baja serta bahan bakar mineral.

Pudji menjelaskan bahwa ekspor ke Tiongkok mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, terutama didorong oleh peningkatan permintaan terhadap produk besi dan baja. “Nilai ekspor besi dan baja ke Tiongkok meningkat sebesar US$ 1,01 miliar secara situasional, yang menunjukkan adanya peningkatan permintaan dari sektor industri di sana,” ujarnya lebih lanjut.

Secara kumulatif, tiga negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia pada Januari–Mei 2025 adalah Tiongkok, Amerika Serikat, dan India, yang bersama-sama menyumbang 41,16% dari total ekspor nonmigas. Dari ketiga negara tersebut, Tiongkok menjadi penyumbang terbesar.

Sebagai perbandingan, nilai ekspor nonmigas ke Amerika Serikat tercatat sebesar US$ 12,11 miliar, didominasi oleh mesin dan perlengkapan elektrik, alas kaki, serta pakaian dan aksesoris rajutan. Sedangkan ke India, nilai ekspor mencapai US$ 7,28 miliar, dengan komoditas utama berupa bahan bakar mineral, minyak nabati, dan besi baja. Namun, ekspor bahan bakar mineral ke India justru mengalami penurunan signifikan sebesar US$ 811,14 juta.

Pudji menekankan pentingnya diversifikasi ekspor untuk menjaga ketahanan ekonomi. Meski Tiongkok tetap menjadi mitra dagang utama, Indonesia perlu terus memperluas pasar dan meningkatkan nilai tambah produk ekspor, terutama pada sektor strategis seperti nikel dan turunannya. (Shiddiq)