NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) resmi merilis Harga Patokan Mineral (HPM) nikel periode kedua untuk Juni 2025. Hasilnya menunjukkan penurunan harga signifikan dibandingkan periode pertama bulan yang sama. Penurunan ini mencerminkan tekanan dari pasar global serta penyesuaian dalam negeri terhadap kadar nikel dan kadar moisture content (MC) pada bijih nikel.
Rilis tersebut menunjukkan bahwa harga nikel dengan kadar 1,80% dan MC 30% turun dari US$36,44 menjadi US$33,84 per wet metric ton (wmt) Free on Board (FOB). Turunnya harga juga terjadi pada kadar lainnya, dengan rincian sebagai berikut.
Kadar Ni CF MC 30% (FOB/wmt) MC 35% (FOB/wmt)
1,60% 17% US$28,98 US$26,91
1,70% 18% US$32,60 US$30,27
1,80% 19% US$36,44 US$33,84
1,90% 20% US$40,49 US$37,60
2,00% 21% US$44,75 US$41,55
Penetapan harga ini mengikuti formula yang tercantum dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 2946K/30/MEM/2017, serta merujuk pada Kepmen ESDM No. 209.K/MB.01/MEM.B/2025.
Turunnya harga patokan nikel tidak bisa dilepaskan dari kondisi pasar global. Harga nikel dunia di London Metal Exchange (LME) mengalami fluktuasi akibat melemahnya permintaan dari sektor utama, seperti industri baja nirkarat (stainless steel) di Tiongkok serta ketidakpastian transisi energi di Eropa dan Amerika Serikat.
Dalam pemberitaan, analis pasar komoditas global juga mencatat adanya pelemahan minat investasi di sektor pertambangan logam dasar akibat tekanan geopolitik, suku bunga tinggi global, dan kebijakan dekarbonisasi yang bergerak lambat. Ini membuat harga nikel spot dan kontrak berjangka melemah dalam beberapa pekan terakhir, dan secara langsung mempengaruhi penyesuaian HPM di Indonesia.
Dari sisi domestik, penyesuaian HPM ini mencerminkan dinamika internal industri nikel Indonesia yang masih mencari keseimbangan antara kepentingan penambang dan smelter. Sekretaris Umum APNI menekankan bahwa transparansi dan rasionalitas harga patokan menjadi kunci keberlanjutan industri. Harga patokan harus mencerminkan kondisi pasar yang realistis, agar semua pelaku industri tetap bisa beroperasi secara sehat.
Indonesia sebagai produsen nikel terbesar dunia memiliki tantangan besar untuk menjaga iklim investasi sektor hilirisasi tetap kondusif, sekaligus memastikan keberlanjutan operasional tambang-tambang nikel skala menengah dan kecil yang sangat bergantung pada harga HPM.
Penurunan HPM ini bisa menjadi sinyal koreksi sementara di tengah siklus harga komoditas yang berfluktuasi, namun bila berlanjut dapat memicu tekanan finansial di level hulu, terutama bagi perusahaan tambang yang belum memiliki integrasi ke sektor smelter.
Sebagai komoditas strategis untuk industri baterai kendaraan listrik (EV) dan komponen energi bersih lainnya, volatilitas harga nikel turut memengaruhi stabilitas rantai pasok global. Meski saat ini permintaan EV tumbuh, kapasitas produksi nikel global yang melimpah justru menekan harga, menciptakan kelebihan pasokan jangka pendek.
Namun, analis memperkirakan bahwa dalam jangka menengah, permintaan nikel akan kembali menguat seiring percepatan transisi energi global. Oleh karena itu, kestabilan harga dan keberlanjutan pasokan dari Indonesia sangat penting dalam peta rantai pasok global.
Penurunan HPM nikel Juni 2025 menunjukkan adanya tekanan pasar global sekaligus refleksi kebutuhan penyesuaian di dalam negeri. Pemerintah dan pemangku kepentingan diharapkan mampu menjaga keseimbangan agar industri nikel nasional tetap kompetitif dan berkelanjutan dalam jangka panjang, mengingat perannya yang strategis dalam ekonomi mineral global dan transisi energi dunia.
Menurut Sekretaris Umum APNI, Meidy Katrin lengkey, penyesuaian harga patokan mineral ini merupakan bagian dari upaya menjaga keseimbangan antara kepentingan penambang, smelter, dan stabilitas industri nikel nasional.
“Harga patokan harus mencerminkan kondisi pasar yang realistis, agar semua pelaku industri tetap bisa beroperasi secara sehat,” ungkapnya.
Sebagai komoditas strategis, nikel memegang peranan penting dalam rantai pasok industri baterai kendaraan listrik dan baja tahan karat. Karena itu, transparansi dan kepastian harga sangat dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan. (Shiddiq)