Beranda Asosiasi Pertambangan Prof. Evvy: Dorong Hilirisasi Nikel agar Memberi Nilai Tambah Maksimal

Prof. Evvy: Dorong Hilirisasi Nikel agar Memberi Nilai Tambah Maksimal

662
0
Prof. Dr. rer. nat. Evvy Kartini, BRIN dan National Battery Research Institute (NBRI), saat memaparkan materi ICM 2025, Pullman Hotel, Kamis (5/6/2025)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Indonesia menegaskan komitmennya dalam mendukung transisi energi global menuju nol karbon melalui pengembangan ekosistem baterai nasional, mulai dari hilirisasi mineral kritis hingga produksi kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Hal ini ditegaskan dalam Indonesia Critical Mineral Conference (ICM) 2025 yang digelar di Hotel Pullman Jakarta Central Park, Jakarta Barat, Kamis (5/6/2025).

Konferensi bertajuk “Pemrosesan Material Lanjutan dalam Teknologi Baterai – Dari Nikel ke Baterai” ini menghadirkan sejumlah pakar dan pemangku kepentingan industri baterai nasional. Salah satu pembicara utama adalah Prof. Dr. rer. nat. Evvy Kartini, profesor di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sekaligus pendiri National Battery Research Institute (NBRI), menyoroti pentingnya penguasaan teknologi baterai untuk mendukung elektrifikasi transportasi.

“Baterai adalah teknologi inti dalam transisi energi global. Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama karena cadangan nikel kita adalah yang terbesar di dunia,” ungkap Prof. Evvy.

Konferensi ini membahas pentingnya pemrosesan lanjutan material, seperti nikel dan kobalt, yang menjadi bahan utama baterai litium-ion, untuk mendukung pengembangan industri EV dalam negeri. Indonesia diketahui memiliki cadangan nikel terbesar di dunia (22%) dan produksen nikel nomor satu dunia (36%), cadangan timah nomor dua dunia (17%) dan produksi timah nomor dua (23%), sumber daya bauksit, emas, dan mineral kritis lainnya yang sangat strategis untuk transisi energi.

“Kita harus mendorong hilirisasi, dari bahan mentah hingga sel baterai dan daur ulang, agar memberi nilai tambah maksimal dan memperkuat kemandirian nasional,” tambahnya.

Indonesia tengah menargetkan pengembangan ekosistem EV domestik secara besar-besaran sebagai bagian dari komitmen penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dan transisi menuju ekonomi hijau, sejalan dengan visi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Salah satu agenda prioritas nasional dalam Asta Cita 2024–2029 adalah melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi berbasis sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 55/2019, Indonesia menargetkan pengembangan rantai pasok EV nasional terintegrasi, mulai dari penambangan dan pemurnian nikel, kobalt, dan litium; produksi bahan aktif katoda, sel baterai, hingga kendaraan listrik; dan pembangunan infrastruktur pengisian dan daur ulang baterai.

Hingga 2030, Indonesia ditargetkan memproduksi 13 juta unit sepeda motor listrik (2W-EV), 4 juta unit mobil listrik (4W-EV); 67.000 unit infrastruktur pengisian daya; dan 1.700 unit stasiun penukaran baterai. (Shiddiq)