Beranda Asosiasi Pertambangan Ceria Corp. Perkuat Hilirisasi Nikel Nasional Lewat Proyek Strategis RKEF dan HPAL

Ceria Corp. Perkuat Hilirisasi Nikel Nasional Lewat Proyek Strategis RKEF dan HPAL

788
0
OLYMPUS DIGITAL CAMERA

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Ceria Corp., perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel nasional berbasis Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) karya anak bangsa, menegaskan langkah besarnya dalam mendukung agenda hilirisasi mineral nasional yang dicanangkan pemerintah. Komitmen ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto melalui Asta Cita, khususnya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, menciptakan lapangan kerja, memberdayakan tenaga kerja lokal, serta memastikan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Setelah sukses memproduksi Ferronickel berjejak karbon rendah perdana melalui Smelter RKEF Line I, atau yang dikenal dengan nama Smelter ‘Merah Putih’ pada 27 April 2025 lalu, Ceria Corp. terus melangkah maju dengan pengembangan proyek-proyek strategis.

Saat ini, Ceria Corp. dalam progress pendanaan strategis untuk pabrik HPAL fase 1 dan RKEF Line II, dengan target jangka panjang mencakup pembangunan Nickel Matte Converter, Nickel Matte Refinery, serta pabrik HPAL fase II untuk menghasilkan produk berupa Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), sebagai bahan baku utama industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Hal tersebut disampaikan oleh Corporate Secretary Ceria Corp., Imelda Kiagoes, dalam ajang Indonesia Critical Minerals Conference & Expo 2025 yang berlangsung di Hotel Pullman Jakarta Central Park, Rabu (4/6/2025).

“Kami berkomitmen segera membangun RKEF Line II dalam waktu dekat, yang akan dilanjutkan dengan pengembangan RKEF Line III dan IV. Ini adalah bagian dari strategi jangka panjang Ceria untuk membentuk ekosistem industri nikel yang terintegrasi, ramah lingkungan, dan berdaya saing global,” ujar Imelda dalam sesi presentasinya.

Ia menambahkan bahwa konstruksi RKEF Line II diperkirakan dapat berlangsung lebih cepat berkat kesiapan berbagai infrastruktur pendukung yang telah dibangun bersamaan dengan selesainya RKEF Line I.

“Saat ini, Ceria tengah menyelesaikan proses financial closing dengan mitra strategis guna memastikan pendanaan proyek dapat segera terealisasi, dengan target penyelesaian pembangunan dalam waktu dua tahun,” ungkap Imelda.

Tidak hanya berhenti di Ferronickel, Ceria juga menargetkan pembangunan fasilitas Nickel Matte Converter yang akan menghasilkan produk Nickel Matte dengan kadar nikel mencapai 73,69%.

“Melalui fasilitas HPAL, kami akan mengolah bijih limonit menjadi MHP. Fasilitas ini akan dibangun dalam dua jalur produksi dengan kapasitas total sebesar 293.200 ton MHP per tahun, terdiri dari 110.900 ton logam nikel dan 11.300 ton logam kobalt,” jelas Imelda.

Fasilitas HPAL Ceria dirancang dengan pendekatan green construction, yang melibatkan konsultan dan perancang teknik kelas dunia guna memastikan efisiensi energi, environmental sustainability, dan keberlanjutan operasional.

“Proses due diligence proyek ini saat ini berada pada tahap akhir, dan sejumlah calon investor strategis telah melakukan kunjungan langsung ke lokasi proyek di Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara,” imbuh Imelda.

Imelda juga menekankan pentingnya keselarasan proyek RKEF Line II dan HPAL, baik dari aspek teknis maupun finansial. Integrasi keduanya diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pemain kunci dalam rantai pasok global industri baterai kendaraan listrik.

“Kami optimistis, jika seluruh proses berjalan sesuai rencana, kedua proyek ini akan menjadi tonggak penting dalam sejarah hilirisasi nikel nasional. Tidak hanya memperkuat kemandirian industri dalam negeri, tetapi juga membawa Indonesia ke panggung utama industri energi masa depan dunia,” tutup Imelda. (Shiddiq)