

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Konferensi dan pameran bertaraf internasional “Indonesia Critical Mineral Conference & Expo 2025” resmi dibuka hari ini di Pullman Jakarta Central Park Hotel, Jakarta. Acara yang diselenggarakan oleh Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) bekerja sama dengan Shanghai Metals Market (SMM) ini menjadi panggung penting bagi kolaborasi global sektor mineral kritis, terutama isu strategis nikel, kobalt, tembaga, dan aluminium.
Sekretaris Umum APNI, Meidy Katrin Lengkey, membuka rangkaian kegiatan hari pertama dengan menyampaikan harapan agar konferensi ini menjadi titik temu bagi berbagai pemangku kepentingan industri, mulai dari pengusaha hingga regulator, dari dalam maupun luar negeri.
“Hari ini kita memulai diskusi dengan semangat kolaborasi. Anda bisa membangun koneksi, berdiskusi dengan rekan-rekan baru, serta menyaksikan pemaparan dari SMM melalui berbagai slide yang ditampilkan. Mulai besok, sesi panel akan dibagi ke dalam tiga ruang, termasuk diskusi utama tentang nikel dan kobalt di ruang ini,” jelas Meidy dalam acara yang berlangsung selama tiga hari 3-6 Juni 2025 itu.
“Kami juga menyambut para duta besar dari 28 negara yang hadir sebagai bentuk dukungan global terhadap acara ini. Silakan menikmati diskusi, makan siang, makan malam, dan seluruh atmosfer konferensi ini,” tambahnya.

Sementara itu, Presiden Direktur SMM, Adam Fan, dalam sambutan penuh semangat menyatakan rasa bangganya atas tingginya antusiasme peserta, yang mencapai lebih 1.700 delegasi dari 48 negara, jumlah tertinggi sejak konferensi ini pertama kali diadakan tiga tahun lalu.
“Ini adalah bukti bahwa industri mineral Indonesia kini menjadi pusat perhatian dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, isu globalisasi, dan kebijakan nasional menjadi semakin kompleks. Konferensi ini penting karena membuka ruang bagi kolaborasi lintas batas,” kata Adam Fan.
“Industri ini tidak dibangun oleh segelintir pahlawan, tapi oleh para pengusaha, pekerja keras, dan pelanggan yang saling terhubung. Kita hanya bisa menyuarakan apa yang ada di pasar, risiko, tren, dan kebenaran. Dan, kebenaran itu adalah kita semua di sini turut berkontribusi dalam menciptakan produk yang lebih baik bagi masyarakat,” tegasnya.
“Tak peduli apakah itu nikel, kobalt, tembaga, aluminium, semuanya adalah bahan utama untuk kehidupan yang lebih baik,” sambungnya.

Menegaskan posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam industri mineral global, Ketua Umum APNI, Komjen Pol (Purn.) Drs. Nanan Soekarna, menekankan pentingnya pembahasan lintas komoditas dalam forum ini.
“Hari ini kita tidak hanya bicara tentang nikel, tapi juga kobalt, aluminium, dan tembaga. Semua ini adalah mineral masa depan. Saya ingin menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Luar Negeri yang telah memberi sorotan penuh terhadap acara ini,” ungkap Nanan.
“Kami bangga membawa wajah Indonesia dalam konferensi ini. Selamat datang di Jakarta dan mari kita nikmati diskusi yang bermanfaat,” tambahnya.
Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia kini memperkuat posisinya dalam rantai pasok mineral strategis, termasuk untuk kebutuhan baterai kendaraan listrik dan teknologi hijau lainnya. Konferensi ini mempertemukan pemangku kebijakan, investor, pelaku industri, dan peneliti untuk merumuskan langkah-langkah konkret menghadapi tantangan global, seperti keberlanjutan (ESG), hilirisasi, dan keamanan rantai pasok mineral kritis.
Dengan pembukaan yang kuat dan kehadiran delegasi dari berbagai belahan dunia, Indonesia Critical Mineral Conference & Expo 2025 diharapkan menjadi tonggak penting dalam membentuk masa depan industri mineral Indonesia yang berdaulat, inklusif, dan berdaya saing global. (Shiddiq/Rus)