Beranda Berita Nasional Proyek Hilirisasi Tahun 2025 Ditargetkan Capai US$40 Miliar

Proyek Hilirisasi Tahun 2025 Ditargetkan Capai US$40 Miliar

3087
0
Konferensi Pers Menteri ESDM Bahlil Lahadalia usai Ratas dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana negara, Senin (3/3/2025)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia bersama Tim Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional melakukan rapat terbatas dengan Presiden RI Prabowo Subianto di Istana negara. Dalam rapat itu diputuskan beberapa langkah strategis dalam kelanjutan program hilirisasi.

“Tahap pertama adalah hilirisasi yang ditargetkan kurang lebih sekitar US$618 untuk di tahun 2025 dengan proyek sebanyak 21 pada tahap pertama  yang total investasinya kurang lebih sekitar US$40 miliar,” ujar Bahlil dalam konferens pers yang ditayangkan laman Sekretariat Presiden, Senin (3/3/2025).

Dalam rapat tersebut, menurutnya, telah melakukan pembahasan secara detail termasuk di dalamnya disebutkan beberapa nama proyek investasi yang akan di lakukan.

“Kita akan membangun storage untuk penyimpanan minyak untuk menuju ketahanan energi nasional kita berdasarkan Perpres itu harus menambah 30 hari dan itu kita akan bangun di salah satu alternatifnya di Pulau Nipa,” tuturnya.

Selain itu, dia menambahkan, proyek kedua yang akan dibangun adalah revinery dengan kapasitas kurang lebih sekitar 500 ribu barel. Merupakan salah satu yang terbesar dalam rangka mendorong ketahanan energi yang lebih baik.

Ia juga memaparkan, untuk proyek selanjutnya adalah pembangunan pabrik Dimethyl Ether (DME) yang berbahan baku dari batu bara low kalori sebagai subtitusi dari LPG ini.

“Kita akan lakukan agar betul-betul produknya bisa di pasarkan dalam negeri sebagai subtitusi impor, yang lain-lain saya pikir adalah meningkatkan nilai tambah pada proses tembaga, nikel dan juga bauksit serta alumina, kemudian sektor pertanian, perikanan dan kehutanan,” paparnya.

Bahlil menjelaskan, pemerintah sebelumnya pernah melakukan pembangunan DME hingga sampai ground breaking dari AIR Produk tapi investornya setelah itu mengundurkan diri. Lalu investor China coba menawarkan kemampuannya namun tidak mampu mengimplementasikan proyek tersebut.

“Sekarang kita tidak butuh investor! Negara semua lewat kebijakan Presiden memanfaatkan resources dalam negeri, yang kita butuh dari mereka adalah teknologinya. Jadi, hari ini adalah teknologi yang kita butuh, uangnya Capex-nya semua dari pemerintah dan swasta nasional,” jelasnya.

Ia menuturkan, untuk bahan baku pabrik DME disediakan dari dalam negeri, kantornya juga dari dalam negeri. Sehingga saat ini tidak ada lagi ketergantungan kepada pihak lain termasuk pendanaan.

“Salah satu di antaranya adalah Danantara dan lokasinya di Sumatera  Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan. Ada tiga proyek yang akan kita dorong secara paralel,” tuturnya.

Dia juga menerangkan bahwa sesuai dengan arahan Presiden Prabowo yang memprioritaskan hilirisasi pada 26 sektor komoditas. Adapun 26 komoditas mineral dan batu bara, minyak dan gas, perikanan, pertanian, dan perkebunan serta kehutanan.

“Detail proyeknya yang disepakati baru 21 proyek dan tahap berikutnya kita akan tingkatkan lagi,” terangnya.

Bahlil mengingatkan bahwa proyek yang ditawarkan tersebut merupakan bagian yang sudah diseleksi dan lebih cepat untuk diimplementasikan. Lebih banyak menyerap lapangan pekerjaan dan dikombinasikan anatar padat karya dan padat teknologi.

“Yang jelas, tujuan investasi itu dalam rangka menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas, nilai tambah dan pendapatan negara, serta pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih baik,” pungkasnya. (Shiddiq)