NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengupayakan pengembangan hilirisasi industri, termasuk berbasis hasil tambang.
Hilirisasi tambang untuk nikel, tembaga, dan bauksit menjadi prioritas dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Proyeksi menunjukkan bahwa hilirisasi nikel dapat berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$14,2 juta, menyerap 169 ribu tenaga kerja, menghasilkan investasi hingga US$42,5 juta, dan berpotensi ekspor mencapai US$32,1 juta.
“Hilirisasi industri berbasis tambang juga mendukung ekosistem kendaraan listrik (EV). Kawasan industri berbasis nikel yang kami kunjungi hari ini ditargetkan beroperasi secara terintegrasi mulai dari mulut tambang hingga produk baterai listrik,” ujar Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita saat meninjau Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) di Halmahera Tengah, Maluku Utara, Kamis (28/11/2024) seperti dikutip dari siaran pers yang diterima nikel.co.id, Jumat (29/11/2024).
Dalam kunjungan tersebut, Menperin melihat persiapan groundbreaking untuk tiga proyek dengan nilai investasi sekitar US$2 miliar. Proyek-proyek tersebut meliputi pabrik Battery Cell untuk EV dan Energy Storage System (ESS) oleh PT REPT BATTERO, pabrik perakitan e-dump truck oleh PT Qingtuo Automotive Manufacturing Indonesia, dan industri electrolytic aluminum oleh PT Kemajuan Alumina Industry.
PT REPT BATTERO memiliki kapasitas produksi battery cell sebesar 20 GWh per tahun dan elektroda hingga 995 juta meter per tahun, dengan target operasi penuh pada 2027. Sementara itu, PT Qingtuo Automotive Manufacturing Indonesia menargetkan selesai pada Desember 2025, dengan fokus pada kendaraan listrik berbasis energi baru. PT Kemajuan Alumina Industry akan memproduksi electrolytic aluminum dengan kapasitas 1 juta ton per tahun.
Menperin juga meninjau PT Huaneng New Material, yang akan melakukan ekspor perdana produk hilir berupa Precursor Nickel Cobalt Manganese Hydroxide sebanyak 50.000 ton per tahun, menjadi ekspor pertama jenis ini dari Indonesia.
“Kunjungan ini bertujuan memastikan kesiapan groundbreaking proyek baru serta pelepasan ekspor prekursor yang diharapkan dapat diresmikan oleh Presiden RI pada awal 2025,” pria yang akrab disapa AGK.
Total investasi tambahan di IWIP untuk tahun 2025 diperkirakan mencapai US$8 miliar, termasuk US$5 miliar untuk pengembangan industri baterai dan Smelter HPAL, serta US$2 miliar untuk proyek energi hijau. Investasi ini mencakup pembangunan pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 2 GW dan tenaga bayu 800 MW yang dijadwalkan selesai pada 2026.
Presiden Direktur IWIP, Xiang Binghe, menyampaikan bahwa investasi ini diharapkan menambah kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 1 persen. Hingga 2024, dari total komitmen investasi US$20 miliar, sekitar US$15 miliar telah terealisasi, dengan jumlah tenaga kerja mencapai 81.000 orang dari target 100.000.
Dalam pertemuan tersebut, Menperin menegaskan kesiapan untuk mendukung pengembangan SDM industri melalui kerja sama dengan IWIP, termasuk pembangunan politeknik.
“Tugas kami adalah menjembatani kesenjangan antara kemampuan SDM dan kebutuhan industri. Kami terbuka untuk kolaborasi dalam pengembangan kapasitas SDM di IWIP maupun masyarakat sekitarnya,” tutupnya. (Aninda)