
NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terus memperkuat strategi hilirisasi, dengan fokus utama pada nikel dan minyak sawit sebagai komoditas unggulan dalam rantai pasok global, terutama untuk baterai kendaraan listrik. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Dr. Edy Junaedi Harahap, S.STP, M.Si, menegaskan bahwa hilirisasi akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kami optimis, dengan target investasi sebesar Rp13.528 triliun dalam lima tahun ke depan (2024–2029), hilirisasi dapat menjadi mesin ekonomi yang signifikan. Nikel, sebagai salah satu komoditas unggulan, memiliki potensi kontribusi hingga Rp9.000 triliun jika dikelola dengan baik,” kata Edi dalam forum diskusi “Executive Forum: Menggali Sektor Kunci Investasi Berkelanjutan di Indonesia”, dikutip laman Youtube Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, ditulis Kamis (21/11/2024).
Edi menjelaskan bahwa investasi di sektor hilirisasi akan mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% pada 2027.
“Target ini realistis, dengan investasi yang diproyeksikan mencapai Rp2.684 triliun di tahun tersebut. Hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai tambah komoditas, tetapi juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar,” ujarnya.
Hingga triwulan III tahun 2024, realisasi investasi telah mencapai Rp1.261,43 triliun atau 76,5% dari target tahunan sebesar Rp1.650 triliun. Penyerapan tenaga kerja juga mencatat angka signifikan sebesar 1,875 juta orang. Sebaran investasi di luar Jawa menunjukkan perkembangan positif, dengan Maluku Utara dan Sulawesi sebagai episentrum baru pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara mencapai 28%, sementara Morowali, Sulawesi, mencatat pertumbuhan 27%.
Untuk memperkuat iklim investasi, pemerintah menyediakan berbagai fasilitas, termasuk tax holiday, tax allowance, dan pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Investasi.
“Kami memberikan pembinaan dan penyelesaian masalah secara terintegrasi. Road map hilirisasi juga telah ditetapkan untuk 28 komoditas unggulan, dengan nikel sebagai prioritas utama,” jelas Edi.
Dengan hilirisasi nikel yang mendominasi posisi global, Edi menekankan pentingnya pengelolaan komoditas ini secara strategis untuk mencapai potensi nilai ekonomi sebesar US$618 miliar atau sekitar Rp9.000 triliun.
Meski menghadapi tantangan global, termasuk ketegangan geopolitik dan dampak ekonomi akibat terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, pemerintah optimistis terhadap masa depan investasi di Indonesia.
“Situasi global mendorong kami untuk fokus pada sektor berkelanjutan yang mampu memberikan dampak positif jangka panjang,” ujarnya.
BKPM yakin bahwa kebijakan hilirisasi, terutama di sektor nikel, akan menjadi pilar utama dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045. Dengan potensi besar yang ada, hilirisasi diharapkan mampu membawa Indonesia menjadi pemain kunci dalam ekonomi global. (Shiddiq)