
NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Salah satu produsen nikel terbesar di dunia, Zhejiang Huayou Cobalt Co., sedang mencari dana US$2,7 miliar dari bank untuk proyek yang didukung Ford Motor Co. di Indonesia. Pembiayaan fasilitas nikel baterai milik perusahaan China ini di Sulawesi Tenggara, kata sumber yang meminta agar identitasnya tidak disebutkan karena informasi ini bersifat rahasia.
HSBC Holdings Plc. dan Standard Chartered Plc., sebagaimana dikutip dari mining.com, Jumat (8/11/2024), sedang mengatur pinjaman tersebut dan mengundang bank-bank lain untuk turut serta dalam pembiayaan fasilitas nikel tersebut.
Huayou bekerja sama dengan Ford dan perusahaan tambang PT Vale Indonesia dalam proyek ini untuk memproduksi nikel dengan kualitas baterai yang diperlukan untuk kendaraan listrik.
Indonesia menyumbang lebih dari setengah produksi nikel global dan telah secara agresif menarik investasi asing ke dalam industri pemrosesan domestiknya selama sekitar satu dekade terakhir. Namun, Huayou, HSBC, dan Standard Chartered tidak segera menanggapi permintaan komentar terhadap berita ini.
Penggalangan dana ini dilakukan saat harga nikel acuan berada di level terendah dalam empat tahun terakhir di tengah permintaan yang melemah dari pasar baja tahan karat dan pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan di sektor kendaraan listrik.
Pabrik Pomalaa akan menggunakan teknologi high-pressure acid leaching (HPAL) untuk memproduksi bahan kimia nikel yang dikenal sebagai mixed hydroxide precipitate (MHP) dari bijih berkadar rendah. Pabrik ini diperkirakan akan memiliki kapasitas produksi nikel tahunan sebesar 120.000 ton, yang akan menjadikannya salah satu proyek HPAL terbesar di negara Asia Tenggara.
Jumlah total investasi untuk proyek ini diperkirakan mencapai sekitar US$3,8 miliar, menurut pengajuan yang dilakukan Huayou pada Desember lalu. Huayou memiliki 73,2% saham, sementara Vale memiliki 18,3%, dan Ford memiliki kepemilikan awal sebesar 8,5% dengan opsi untuk meningkatkannya menjadi 17% dalam jangka waktu yang telah disepakati.
Huayou mengatakan tahun lalu bahwa pembangunan pabrik Pomalaa akan membutuhkan waktu sekitar tiga tahun. Namun, perusahaan belum memberikan pembaruan jadwal terbaru, meskipun awal tahun ini mereka menyatakan bahwa pekerjaan awal telah dilakukan untuk proyek tersebut. (Aninda)