Beranda Agustus 2024 IBC Ajak Negara ASEAN Berkolaborasi Kembangkan Industri Baterai

IBC Ajak Negara ASEAN Berkolaborasi Kembangkan Industri Baterai

1849
0
Ilustrasi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). (Freepik.com)
Ilustrasi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). (Freepik.com)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Indonesia Battery Corporation (IBC) mengajak negara-negara ASEAN untuk berkolaborasi dalam pengembangan industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) regional mengingat penggunaan EV terus meningkat signifikan. Ajakan tersebut selaras dengan peningkatan produksi baterai EV yang diproyeksikan mencapai 8,8 ribu GWh pada 2040 atau meningkat sebesar 19% dari 2030-2040 dan naik 7% dari 2030-2040. 

Namun, peningkatan itu tentu harus diiringi perhatian atas pengamanan pasokan bahan baku sebagai komponen pembentuk baterai misalnya.

Direktur Hubungan Kelembagaan IBC, Reynaldi Istanto, mengatakan, negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, memiliki posisi yang kuat dalam potensi bahan baku sebagai komponen pembentuk baterai, seperti nikel, bauksit, dan timah. 

“Potensi ini adalah potensi regional yang dapat dikembangkan bersama melalui kolaborasi yang secara signifikan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi teknologi, serta berkontribusi pada transisi global menuju solusi energi yang berkelanjutan,” ujar Reynaldi, sebagaimana keterangan pers, Senin (26/8/2024).

Oleh karenanya, katanya melanjutkan, fokus keberlanjutan perlu diperhatikan untuk mendukung implementasi kerja sama regional itu. Pertama, bidang industri yang berfokus pada pengembangan berdasarkan potensi terkuat ASEAN, yaitu bahan baterai berbasis nikel. 

Kedua, bidang rantai pasokan yang berfokus pada pengembangan hilirisasi bahan baku dan produksi bersama bahan baterai lainnya. Ketiga, bidang bisnis yang berfokus pada pengembangan industri baterai terintegrasi mulai dari penambangan, peleburan/pemurnian, PCAM, baterai, hingga fasilitas manufaktur EV.

Sejalan dengan hal tersebut, Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan proses produksi industri baterai yang terintegrasi, dari hulu ke hilir, untuk nikel dan pengolahan material baterai penting lainnya.

“Oleh karena itu, IBC, yang didirikan pada 2021, menjadi pemain kunci pada pengolahan hilir bahan baku baterai, dimulai dengan nikel yang kemudian akan merambah ke pengolahan material lainnya, seperti mangan dan kobalt,” tuturnya.

Kolaborasi Perkuat Ekosistem EV Regional

Diketahui, posisi IBC pada 2030 diproyeksikan menjadi perusahaan yang bergerak di ekosistem EV dan baterai global. Pengembangan proyek-proyek IBC juga mencakup inisiatif untuk menciptakan dan mempercepat adopsi  EV dan sistem penyimpanan energi (ESS), memastikan pasar Indonesia dapat menyerap kegiatan hilirisasi yang dihasilkan dari sumber daya bahan baku.

Untuk membangun ekosistem rantai terintegrasi ini, IBC telah membentuk berbagai kolaborasi dengan mitra global dan tetap terbuka untuk kemitraan lebih lanjut dengan pemain ASEAN. Kolaborasi ini sangat penting untuk memperkuat ekosistem EV regional.

“Dengan keunggulan Indonesia dalam baterai berbasis NMC, fasilitas produksi IBC berada pada posisi yang baik untuk melayani permintaan pasar ASEAN. Inilah komitmen yang kami bawa untuk memajukan energi terbarukan di Asia Tenggara,” tutupnya. (Lili Handayani)