NIKEL.CO.ID, LONDON – London Metal Exchange (LME) memberikan pengumuman untuk semua anggota, perusahaan gudang dan agen mereka di London dan pihak yang berkepentingan pada 5 Maret 2024 dengan subjek “Discovering The Low Carbon Premium for The Nickel Market”.
Pemberitahuan ini menjawab isu nikel hijau (green nickel) yang sedang berkembang, yaitu menetapkan perbedaan harga terkait keberlanjutan dan upaya-upaya yang lebih luas dalam mendorong peningkatan praktik keberlanjutan yang lebih baik di seluruh industri.
Hal ini dilatarbelakangi karena LME mendorong peningkatan transparansi seputar data environment, social, and governance (ESG), sekaligus melindungi integritas kontrak yang diperdagangkan.
Lembaga tersebut mengakui bahwa ada berbagai praktik penambangan dan pemurnian yang digunakan di pasar nikel yang menghasilkan nikel dengan karakteristik ESG yang sangat berbeda.
LME meyakini bahwa penetapan harga untuk varian logam yang berbeda dari spesifikasi merek LME – baik berdasarkan karakteristik ESG, kadar, bentuk, atau lokasi paling efektif dilakukan melalui platform perdagangan spot digital platform.
Platform ini memungkinkan konsumen untuk secara langsung membeli kumpulan logam tertentu yang memenuhi memenuhi persyaratan pengadaan mereka.
Lembaga asal Inggris ini berkolaborasi dengan Metalshub yang telah berhasil mengoperasikan solusi penetapan harga dan pengadaan solusi harga dan pengadaan untuk pelaku pasar fisik sejak 2016.
Volume yang diperdagangkan di platform ini terus tumbuh dengan lebih dari US$220 juta nikel kelas 1 yang ditransaksikan pada tahun 2023.
Setiap nikel kelas 1 di platform Metalshub dapat didaftarkan dengan kredensial ESG tertentu, termasuk jejak karbonnya. Pelaku pasar juga dapat menggunakan Metalshub untuk membeli dan menjual nikel sulfat, feronikel, dan jenis nikel kelas 2 lainnya.
Metalshub akan mulai melaporkan data secara bulanan (mulai 31 Maret 2024) tentang jumlah transaksi dan nilai pasar nikel kelas 1 yang diperdagangkan, termasuk bagian yang karbon terdaftar yang lebih rendah dari 20 ton setara CO2 per ton output.
Selain itu, Metalshub akan mulai menerbitkan Indeks Premium Nikel Kelas 1 Rendah Karbon. Indeks ini pada saatnya nanti dapat diperluas menjadi indeks premium nikel hijau.
Di samping mempertimbangkan jejak karbon, standar nikel hijau juga mempertimbangkan kriteria keberlanjutan lainnya termasuk praktik pengelolaan lingkungan, penghormatan terhadap hak-hak tenaga kerja, pengelolaan air, serta pertimbangan integritas dan transparansi bisnis yang lebih luas.
Ditegaskan dalam pengumuman tersebut, LME menyebutkan asosiasi dan standar industri melakukan pekerjaan penting untuk mendukung produsen dalam mendefinisikan prioritas, menerapkan sistem dan kontrol, dan mengukur peningkatan kinerja secara berkelanjutan.
Sebagai contoh, Nickel Mark menyediakan standar yang diaudit secara independen dan dirancang untuk mendukung produsen nikel dalam menunjukkan kinerja mereka terhadap 33 masalah ESG yang telah disepakati bersama.
Jejak karbon untuk satu ton nikel kelas 1 dapat sangat bervariasi, mulai dari 6 ton hingga lebih dari 100 ton CO2 per ton logam. LME telah menetapkan bahwa ambang batas sebesar 20 ton CO2 (atau kurang) merupakan tingkat yang tepat untuk memulai identifikasi premium nikel rendah karbon.
LME telah mengambil peran terdepan dalam industri dengan memperkenalkan kebijakan ini yang didukung oleh persyaratan yang ditetapkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), yang harus dipatuhi oleh semua merek yang terdaftar di LME.
LME terus mendorong produsen yang terdaftar di LME untuk memamerkan sertifikasi, metrik, dan standar ESG mereka di LMEpassport. Pada Februari 2024, LMEpassport mencantumkan total 616 pengungkapan keberlanjutan (lebih dari setengahnya adalah lingkungan) dari 262 merek yang terdaftar. (Aninda)