
NIKEL.CO.ID, JAKARTA- Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (Ditjen Ilmate) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyampaikan total industri smelter nikel yang beroperasi hingga maret 2024 ini sebanyak 44 smelter.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE), Taufik Bawazier menerangkan hingga maret 2024 total keseluruhan industri smelter beroperasi di Indonesia berjumlah 54 smelter. Sementara, 21 smelter yang masih dalam konstruksi.
“Saya laporkan bahwa industri smelter sampai dengan maret 2024, smelter nikel yang beroprasi sudah 44, smelter tembaga 2, smelter alumina 3, smelter alumunium 2, smelter timah 3, jadi total 54 smelter,” ungkap Taufik dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama komisi VII DPR RI, di Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (19/3/2024).
Dari data industri smelter yang dimiliki Ditjen Ilmate, tercatat kondisi konstruksi smelter nikel berjumlah 19, feasibility study atau metode analisis berjumlah 7 dan total keseluruhan 70 kondisi industri smelter nikel.
Adapun letak dan jumlah smelter nikel masing masing wilayah, yaitu 5 smelter nikel di Banten. Maluku Utara 18 smelter nikel. Sulawesi Selatan 1 smelter nikel. Sulawesi Tengah 17 smelter nikel dan Sulawesi Tenggara 3 smelter nikel yang tengah beroperasi.
Di wilayah Banten, kapasitas produksi nikel per tahun sebesar 544.685 ton. Di wilayah Maluku Utara memproduksi sebesar 6.255.938 ton. Sulawesi Selatan tercatat berproduksi sebesar 50.000 ton nikel. Sulawesi Tengah memproduksi 10.374.584 ton dan Sulawesi Tenggara sebesar 5.700.00 ton nikel per tahun. Sehingga total kapasitas produksi nikel dari smelter yang beroperasi sebanyak 22.925.207 ton per tahun.
Dari 44 smelter nikel yang beroprasi tersebut mampu menyerap 102.965 orang tenaga kerja. Tercatat wilayah Banten menyerap 1.620 orang tenaga kerja. Maluku Utara 26.936 orang tenaga kerja. Sulawesi Selatan 429 orang tenaga kerja, Sulawesi Tengah 51.364 orang tenaga kerja dan Sulawesi Tenggara 22.616 orang tenaga kerja. (Lili Handayani)