NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terkait moratorium smelter nikel.
Hal tersebut disampaikan Menteri ESDM Arifin Tasrif karena sebagian izin pembangunan smelter sudah berada di ranah lembaga pemerintah yang mengelola dan mengembangkan sektor industri tersebut.
Ia menuturkan, untuk pembangunan smelter yang izinnya berada di bawah Kementerian ESDM, melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) sejatinya sudah mulai dijalankan kebijakan moratorium ini.
“Kita harus membahasnya dengan Perindustrian (Kemenperin, red). Itu kan kebanyakan yang berdiri sendiri kan izinnya di sana,” ujar Arifin, Senin (13/11/2023).
Ia menuturkan, untuk pembangunan smelter yang izinnya berada di bawah Kementerian ESDM, melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) sejatinya sudah mulai dijalankan kebijakan moratorium ini.
“Kalau yang Minerba kan udah jalan, udah beda lagi, yang low value (bernilai rendah) kita sudah menyetop lah,” urainya.
Sebelumnya, Arifin mengungkapkan, moratorium ini penting untuk menjaga cadangan nikel Indonesia yang terancam segera habis apabila bijih nikel, khususnya jenis bijih nikel kadar tinggi (saprolite), terus-menerus digunakan dengan masif.
Oleh karena itu, pihaknya mulai mengevaluasi pembangunan smelter nikel baru. Ia pun menilai bahwa Indonesia harus menghasilkan produk nikel bernilai tambah lebih besar, salah satunya dengan memproses bijih nikel hingga produk prekursor katoda sebagai salah satu komponen baterai.
“Sementara juga industri hilir dalam negeri untuk menampung processing yang punya nilai tambah itu harus banyak ditarik. Kan sudah mulai ada, mudah-mudahan untuk bikin prekursor,” jelasnya beberapa waktu lalu.
Arifin juga menilai, melimpahnya sumber daya mineral nikel Indonesia seharusnya bisa menjadi modal utama untuk bisa melakukan proses hilirisasi yang lebih lanjut lagi.
“Itulah modal utama kita. Dikasih modal utama mineral yang bisa membantu elektrifikasi energi bersih harus kita manfaatkan,” tutur Arifin. (Lili Handayani)