NIKEL.CO.ID, 13 OKTOBER 2023 – Menteri ESDM Arifin Tasrif menilai keputusan perusahaan tersebut melakukan pembelian bijih nikel dari Filipina lantaran tersendatnya pasokan bahan baku yang berasal dari Blok Mandiodo. Adapun, operasi tambang Blok Mandiodo saat ini tengah dihentikan menyusul adanya kasus tindak pidana korupsi pada wilayah IUP milik PT Antam tersebut.
Menurutnya, terindikasi perusahaan yang impor itu adalah perusahaan yang selama ini mengambil bahan baku dari Blok Mandiodo yang saat ini bermasalah.
Namun perusahaan harus terus melanjutkan proses pengolahan dan terikat kontrak dengan offtaker, maka langkah pembelian bijih nikel dari luar negeri akhirnya harus dilakukan.
Menyikapi hal ini, CEO PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Alexander Barus, mengatakan, jangan terlalu baper, atau menjadi resah atau gelisah kalau karena ada impor nikel ini. Menurutnya memang masyarakat melihat bahwa ada perusahaan impor nikel padahal Indonesia punya cadangan nikel terbesar.
“Tetapi saya sampaikan, yang pertama begini, kita itu memang betul bahwa cadangan nikel terbesar, itu cadangan, itu sumber daya kita, resources kita memang bisa mencapai 17 miliar metrik ton, resources ya,” ujar Alex kepada nikel.co.id, Jumat (13/10/2023).
Dia melanjutkan, untuk research nikel mendekati 5 miliar metrik ton tetapi yang bisa mengkonsumsi saat ini smelter untuk Higt Great. Namun setelah dieksplorasi hampir 8 tahun maka sumber daya nikel hight great dengan kadar nikel lebih dari 1,7% sudah banyak berkurang.
“Namun kita jangan juga melihat bahwa ini bisa harus berhenti smelter kita ini. Tentu smelter kita tidak boleh terhenti. Jadi anggap importase ini satu komplemen daripada memenuhi kebutuhan sumber daya nikel untuk smelter,” lanjut Ketua Forum Industri Nikel Indonesia (FINI).
Alex mengingatkan, yang pertama nikel yang diimpor smelter ini adalah kekosongan kekurangan pasokan nikel kadar 1,7%. Sehingga harus didapatkan dengan teknologi smelter dengan stock fix 1,7% A.
“Yang kedua, yang kita impor dengan kadar fero tinggi untuk memenuhi speck feronikel kita tetapi ini masih kecil kok. Kita baru dua kapal impor ini,” nilainya.
Dia menuturkan, seperti Menteri ESDM sampaikan di DPR tersebut, mengapa perusahaan smelter impor nikel? Menurutnya yang pertama memang perusahaan smelter butuh memenuhi spek khusus.
Kemudian yang kedua, pertama suplai nikel kadar tinggi itu sudah cukup berkurang, apalagi dengan beroperasinya smelter sekarang.
“Sekarang smelter kita terutama untuk produksi feronikel dan NPI (nickel, pig iron) itu sudah membutuhkan kurang lebih 200 juta metrik ton nikel hight great per tahun. Jadi, kalau keterangan kita tadi 1,5 miliar itu, ini 8 tahun nanti sudah habis untuk hight great kita,” tuturnya.
Kemudian, Alex menegaskan, permasalahan lainnya, belakangan ini ada masalah tekhnis yang mesti perusahaan smelter hadapi terutama teman-teman penambang. Tiga bulan ini hampir tidak keluar Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).
RKAB itu adalah tiket untuk memproduksi, menjual nikel ini karena ada prahara di Dirjen Minerba sehingga pengeluaran penerbitan RKAB ini lambat. Karena ini masih dalam proses hukum sehingga teman-teman di Dirjen Minerba tentu ada faktor kekhawatiran atau ketakutan. Jadi ini faktor kurangnya suplai.
Faktor lain adalah adanya over-capacity smelter di Indonesia dan ini harus disikapi pemerintah untuk menghitung dan membuat moratorium untuk pembangunan smelter ini.
“Ini untuk jangka panjang, kebetulan saya adalah Ketua Forum Industri Nikel Indonesia (FINI), itu asosiasi smelter. Ini kita sesama smelter sudah mulai bersaing untuk mendapatkan nikel,” tegasnya.
Terakhir, Alex memaparkan, faktor lainnya adalah ilegal mining, Blok Mandiodo adalah salah satu ilegal mining. Ini banyak terjadi illegal mining yang menggunakan dokumen terbang. Ini bukan Mandiodo saja banyak suplai nikel lain juga berasal tambang ilegal .
“Kita berterima kasih kepada pemerintah! Pemerintah sudah menertibkan sejak tahun lalu itu semua ilegal mining ini. Ini akan membuat baik kedepan,” paparnya. (Shiddiq)