NIKEL.CO.ID, 9 AGUSTUS 2023 – Menteri Investasi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menyebutkan, hilirisasi ibarat anak baru lahir harus jalan tertatih-tatih setelah itu baru berlari menjadi pelari profesional.
Hal ini disampaikan Bahlil Lahadalia dalam perbincangan dengan Karni Ilyas dalam postingan akun resmi facebook Bahlil Lahadalia yang bertema Meteor Dari Papua dengan Topik, Ekonomi Tumbuh Karena Hilirisasi Industri.
“Gagasan kedepan itu adalah karena hilirisasi ini kan barang baru seperti anak. Kalau kita baru lahir tidak mungkin langsung lari, jalan bertatih-tatih dulu setelah itu kita jatuh baru kita tahu, oh salah kita dimana? Habis itu baru bisa lari profesional, itulah ibarat hilirisasi ini,” sebut Bahlil yang dikutip nikel.co.id, Rabu (9/8/2023).
Menurutnya, Indonesia kedepan harus belajar dari berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penerapan program hilirisasi selama ini. Untuk hal ini, Bahlil sampai menyempatkan kuliah di Universitas Indonesia (UI) mengambil jurusan Kajian Strategi dan Global di Fakultas Ekonomi untuk mengkaji tentang hilirisasi dan untuk mengetahui mana yang sudah benar dan mana yang keliru.
“Saya kajian strategis dan global, saya akan mengambil tentang hilirisasi yang berkeadilan. Kenapa itu dilakukan agar bagaimana kemudian hilirisiasi itu tidak dimiliki hanya oleh pemilik modal atau sekelompok kecil tapi hilirisasi itu terjadi manfaatnya untuk semuanya,” ujarnya.
“Investor untung, rakyat dibawah untung, negara untung,” sambung dia.
Bahlil menuturkan, kajian strategi dan global mengenai hilirisasi harus dilakukan bersama-sama secara komprehensif. Tidak usah saling menyalahkan satu sama lain namun mengutamakan titik temu yang bermanfaat. Karena selama ini negara Indonesia terlalu banyak wacana
“Negara kita ini terlalu banyak wacana, terlalu banyak konsep, tapi sedikit eksekusi,” tuturnya.
Namun, dia bersyukur, karena diberikan amanat menjadi Menteri Investasi dan Kepala BKPM di Pemerintahan Presiden Joko Widodo. Presiden Jokowi mempunyai keberanian untuk memutuskan kebijakan daripada sekedar wacana saja.
“Bahwa ada kekurangan, it’s okey, kita akui tapi kapan kita tahu kekurangan kita kalau kita tidak pernah mulai,” tandasnya. (Shiddiq)