NIKEL.CO.ID, 5 JUNI 2023 – Menteri Investasi dan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan, pembangunan tambang nikel di Papua akan dipercepat. Hal ini guna merealisasikan investasi Inggris senilai 9 miliar US$ (setara Rp135 triliun) untuk ekosistem baterai mobil dari tambang hingga baterai sel.
Hal itu disampaikan Menteri Investasi/BKPM, Bahlil Lahadalia usai rapat dengan Presiden Joko Widodo bersama beberapa menteri kabinet dan Direktur PT ANTAM Tbk, Nico Kanter, di Istana Negara Merdeka Jakarta, baru-baru ini.
“Aktivits tambang nikel dan prosesnya di Papua sekarang sedang berjalan. Intinya adalah harus lewat mekanisme dan dilakukan percepatan sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku,” kata Bahlil dikutip dari keterangan pers Sekretariat Kabinet RI.
Menurutnya, percepatan yang dimaksud oleh Presiden Joko Widodo adalah segala sesuatu administrasi dan proses mekanisme harus sesuai dengan aturan yang bisa dipercepat, maka harus dipercepat.
“Jadi jangan kita lambat hanya karena dengan kajian-kajian terus,” tekannya.
Bahlil menyampaikan, dalam pertemuan itu membahas tentang investasi Inggris yang ada di Indonesia, terkait dengan percepatan dalam membangun ekosistem baterai mobil.
“Investasi Inggris ini bekerja sama dengan beberapa perusahaan dari Belgia dan dari dalam negeri termasuk BUMN dan Australia,” terangnya.
Dia juga menjelaskan, Presiden Jokowi meminta para menteri terkait untuk melakukan percepatan, karena investasi ini akan dibangun dalam kawasan industri yang green energy.
Salah satu daerah yang akan dibangun menjadi kawasan industri green energy selain tambang nikel di Papua adalah di Bantaeng, Sulawesi dengan menggunakan tenaga angin.
“Dan ini segera kita akan lakukan,” cetusnya.
Menurut Bahlil, negara ini terlalu banyak kajian sampai melupakan hal-hal yang prinsip. Jadi arahan dari Presiden jelas, meminta percepatan agar di bulan September harus sudah selesai.
“Harus selesai dan harus mulai untuk groundbreaking di lokasinya. Harapannya semua harus sudah clear,” tegasnya.
Dia menuturkan, investasi Inggris di Indonesia dilakukan bekerja sama dengan GlenCore perusahaan asal Swiss, Evision asal Inggris, Umicore asal Belgia dan PT ANTAM Tbk, serta pengusaha nasional Indonesia.
“Investasinya kurang lebih 9 miliar US$ (Rp135 triliun) dalam rencana. Kalau kita bisa percepat kita lakukan. Ini investasi pembangunan ekosistem baterai mobil dari tambang sampai baterai sel,” tuturnya.
Bahlil juga memaparkan, untuk produksi pabrik baterai sel tahap pertama sekitar 20 giga baterai sel.
“Ke depan pasti akan lebih ditingkatkan berdasarkan permintaan dalam negeri maupun untuk ekspor. Ekspor untuk Eropa ini karena Inggris dia akan jadikan hak untuk Eropa,” paparnya. (Shiddiq)