NIKEL.CO.ID, 31 Agustus 2022- Prospek nikel masih menjanjikan. Produk olahan bijih nikel yang dipoles oleh penggunaannya semakin banyak dan permintaan pun terus meningkat.
Analisis independen, Edo Fernando dalam tulisan di media mengungkapkan Komoditas nikel semakin hari semakin ramai diperbincangkan. Salah satu yang paling menonjol adalah karena harganya yang terus meroket dengan berbagai sentimen pendukung, utamanya karena kendaraan listrik dan juga kondisi dunia akibat terjadinya konflik serta pandemi Covid-19.
“Jika melihat data harga nikel sekarang lebih solid dengan Average Selling Prices (ASP) dan juga rerata yang meningkat dibandingkan tahun lalu, tentunya hal ini memberikan dampak positif yang signifikan atas kinerja sejumlah emiten nikel misalnya PT Aneka Tambang Tbk (ANTM),” jelasnya.
Edo mencontohkan, sejak bulan Maret 2022 prospek perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri nikel tercatat semakin solid. Harga yang terus mengalami kenaikan sejak awal tahun, menjadi faktor utama.
“Naiknya harga komoditas nikel bahkan telah berlangsung sejak mei 2020 sampai akhir 2021,” ujar Edo.
Lonjakan harga nikel pada periode tersebut, lanjutnya, tercatat sampai 60%, di angka US$20 ribu per ton. Kemudian di tahun 2022, lonjakan harga semakin kuat dengan tingkat persentase yang signifikan. Bahkan pada Maret lalu, lonjakan harga sampai menyentuh 100%, berada di angka US$100 ribu per ton di London Metal Exchange (LME). LME sampai harus menghentikan perdagangan nikel di angka US$81 ribu per ton, yang baru dibuka lagi beberapa hari setelahnya.
Tren positif komoditas nikel membuat harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) emiten nikel naik dari tahun lalu.
Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy menilai, ke depan harga nikel masih akan bertahan di level tertingginya. Prospek nikel dipoles oleh penggunaannya yang semakin banyak dan permintaan yang masih meningkat.
“Di sisi lain, suplai akan semakin terbatas akibat disrupsi rantai pasokan global yang masih akan berlanjut akibat konflik geopolitik,” kata Robertus. (Fia)