NIKEL.CO.ID, 12 Juli 2022—Harga nikel dunia masih melemah, beberapa produksi kapasitas berbiaya tinggi mengalami kerugian lebih banyak karena pasokan NPI yang longgar dan penurunan harga. Smelter secara bertahap menghentikan dan mengurangi produksi.
Terpantau melalui London Metal Excange (LME) pada Selasa, (12/7/2022) pukul 12.43 WIB tercatat di angka US$21.490 per ton, lebih rendah dibandingkan dengan penutupan kemarin. Semakin rendahnya harga tersebut berdampak dengan adanya tingkatan Covid-19 di China yang semakin meninggi, tentunya sangat berakibat untuk harga nikel.
Diiformasikan, China hanya memproduksi 337.000 mt kandungan Ni NPI di bulan Juni, turun 6,05% MoM dan 13,49% YoY. Output NPI terus berkurang karena permintaan terminal yang lemah saat ini, pasar stainless steel yang lesu dan peningkatan arus masuk NPI Indonesia. Output NPI bermutu tinggi mencapai 27.000 mt (kandungan Ni), turun 4,67% MoM di bulan Juni. Dan output dari NPI tingkat rendah adalah 6.800 mt (kandungan Ni), turun 10,8% pada bulan tersebut.
Permintaan pasar yang lemah di bulan Juni dan penurunan harga NPI yang cepat membuat pabrik NPI sulit untuk dirangsang untuk mempertahankan produksi normal. Beberapa produksi kapasitas berbiaya tinggi mengalami kerugian lebih banyak karena pasokan NPI yang longgar dan penurunan harga. Oleh karena itu, beberapa smelter secara bertahap menghentikan dan mengurangi produksi.
Pada saat yang sama, penurunan harga bijih nikel lebih lambat dari harga NPI, sehingga biaya pabrik NPI tinggi. Oleh karena itu, mereka secara tepat mengurangi produksi untuk menghindari risiko. Selain itu, pengurangan output dari pabrik baja terintegrasi juga mempengaruhi output dari beberapa NPI kualitas rendah, dan tingkat operasi keseluruhan NPI kualitas rendah menurun.
Diperkirakan output NPI domestik akan sekitar 33.100 mt (kadar Ni) pada Juli 2022. Pasar tidak mungkin memiliki harapan yang optimis untuk pasar stainless steel. Selain itu, NPI Indonesia secara bertahap mulai berproduksi, sehingga pasokan pasar menjadi longgar.
Dalam hal ini, tingkat operasi keseluruhan NPI domestik mungkin tetap rendah. Jika konsumsi baja tahan karat pulih, yang mendorong pabrik baja untuk melanjutkan produksi, output NPI mungkin stabil dalam jangka pendek. Namun, output dan harga NPI domestik akan berada di bawah tekanan besar dalam jangka panjang, dengan produksi lebih lanjut dari NPI Indonesia pada paruh kedua tahun ini.
(Fia/Editor:Syarif)