NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Kabar kurang menggembirakan terjadi lagi pada awal Desember 2025 ini. Ya, Harga Mineral Acuan (HMA) Desember periode 1 dilaporkan US$14.666,67 per dmt, sedangkan November periode 2 berada di harga US$14.998,67 per dmt. Artinya, awal Desember ini HMA nikel turun sebesar US$332 per dmt, sebagaimana dilaporkan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI).
Tentu saja, turunnya harga tersebut menjadi dasar terbaru bagi pelaku usaha tambang dalam menghitung harga jual bijih nikel sepanjang Desember.
Harga Patokan Mineral (HPM nikel) Desember dihitung berdasarkan kadar nikel (Ni content), tingkat kadar air (moisture content/MC), dan correction factor (CF) sesuai regulasi pemerintah. Harga ini menjadi acuan resmi dalam transaksi antara penambang dan pembeli.

MC 30% (FOB)/wmt
| Kadar 1,60% – CF 17% | US$27,93 |
| Kadar 1,70% – CF 18% | US$31,42 |
| Kadar 1,80% – CF 19% | US$35,11 |
| Kadar 1,90% – CF 20% | US$39,01 |
| Kadar 2,00% – CF 21% | US$43,12 |
MC 35% (FOB)/wmt
| Kadar 1,60% – CF 17% | US$25,93 |
| Kadar 1,70% – CF 18% | US$29,17 |
| Kadar 1,80% – CF 19% | US$32,60 |
| Kadar 1,90% – CF 20% | US$36,23 |
| Kadar 2,00% – CF 21% | US$40,04 |
APNI menegaskan bahwa publikasi harga secara berkala diperlukan untuk memastikan transparansi dan kepastian berusaha di sektor nikel, khususnya bagi perusahaan tambang dan smelter. Sementara itu, pemerintah memanfaatkan pengaturan HMA dan HPM sebagai instrumen stabilisasi harga mineral strategis serta mendukung keberlanjutan industri pertambangan nasional. (Shiddiq)






















