NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Indonesia menegaskan komitmennya untuk membangun rantai pasok nikel yang utuh dan berkelanjutan, mulai dari pengolahan bijih nikel produksi baja nirkarat (stainless steel), hingga ke industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), dan daur ulang baterai. Upaya ini menjadi bagian dari visi besar menjadikan Indonesia sebagai pemain utama industri nikel dunia yang berkeadilan dan menyejahterakan masyarakat.
Sekretaris Umum (Sekum) Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey, menjelaskan, pembangunan ekosistem nikel nasional bukan hanya bertujuan pada peningkatan produksi, tetapi juga memastikan keberlanjutan (sustainability) dan transparansi dalam setiap tahap proses. Katanya, pemerintah berperan aktif untuk menjaga keseimbangan antara sektor hulu dan hilir agar manfaat ekonomi dapat dirasakan masyarakat luas.
“Masyarakat itu harus hidup karena sumber daya ini milik mereka, bukan milik kita. Negara hadir untuk memastikan keseimbangan dari hulu ke hilir dan dampaknya terhadap masyarakat sekitar,” katanya, di kantor APNI, Jakarta, Selasa (4/11/2025).
Selain itu, Meidy juga menegaskan keberhasilan Indonesia menjadi produsen nikel nomor satu dunia harus diikuti dengan target besar salah satunya menjadikan Indonesia sebagai negara berdaya dan sejahtera.
“Kalau pengusaha bahagia, artinya usaha berjalan baik, dan keuntungan itu bisa kembali membangun kebudayaan dan kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
Sejak 2010, pemerintah terus mendorong hilirisasi nikel agar nilai tambah lebih besar tercipta di dalam negeri. Melalui berbagai kebijakan dan investasi strategis, Indonesia kini telah memiliki ekosistem pengolahan nikel yang lengkap dari bijih nikel menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP), kemudian diolah menjadi bahan prekursor dan katode baterai.
Bahkan saat ini, Indonesia telah memasuki tahap produksi baterai katoda berbasis nickel manganese cobalt (NMC). Namun untuk baterai sel, kolaborasi internasional masih diperlukan karena bahan seperti litium dan grafit belum tersedia cukup di dalam negeri.
“Kami sudah punya ekosistem sampai katode. Lalu, untuk sel baterai, kami berkolaborasi dengan negara penghasil litium dan grafit agar tercipta satu paket baterai utuh buatan Indonesia,” jelasnya.
Dengan potensi nikel yang besar dan dukungan kebijakan pemerintah, Indonesia tengah menapaki jalan menuju kemandirian industri strategis berbasis sumber daya alamnya sendiri. Visi besarnya bukan hanya menjadi produsen nikel terbesar, tetapi juga membangun kesejahteraan rakyat melalui industri yang berkeadilan, transparan, dan berkelanjutan.
“Target utama kita bukan sekadar menjadi nomor satu di dunia, tapi menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. Karena dari bijih hingga EV, semua harus memberi manfaat bagi bangsa sendiri,” pungkasnya. (Uyun)


























