Beranda Berita Nasional Hingga Kuartal III 2025, UT Menjual 1,6 Juta Ton Bijih Nikel

Hingga Kuartal III 2025, UT Menjual 1,6 Juta Ton Bijih Nikel

99
0
Gedung Terpadu PT United Tractors

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — PT United Tractors Tbk (UT) terus memperkuat portofolio bisnis di sektor nikel melalui anak usaha dan investasi strategisnya, meski secara keseluruhan kinerja laba bersih perseroan mengalami penurunan pada triwulan ketiga tahun ini.

Corporate Secretary UT, Ari Setiyawan, menjelaskan, hingga akhir kuartal III 2025, anak perusahaan UT di bidang tambang nikel, PT Stargate Pasific Resources (SPR), menjual bijih nikel sebanyak 1,6 juta wet metric ton (wmt). Jumlah tersebut terdiri dari 0,5 juta wmt saprolit dan 1,1 juta wmt limonit yang berasal dari tambang nikel SPR di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.

Selain itu, UT juga memiliki saham sebesar 20,14% di Nickel Industries Limited (NIC), perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel terintegrasi dengan aset utama di Indonesia. Namun, kinerja NIC sempat terdampak akibat pencatatan penurunan nilai (impairment) pada dua proyek rotary kiln electric furnace (RKEF) lama miliknya pada kuartal terakhir tahun 2024, yang berimbas pada kinerja UT pada awal 2025. Meski demikian, NIC tetap mencatat penjualan nikel metal sebesar 62.641 ton pada paruh pertama tahun 2025.

“Segmen nikel menjadi salah satu fokus jangka panjang UT untuk mendukung diversifikasi usaha di bidang energi dan mineral,” ujar Ari.

Dalam laporan keuangan konsolidasian yang dirilis hari ini, UT melaporkan pendapatan bersih sebesar Rp100,5 triliun hingga triwulan ketiga 2025, naik 1% dibandingkan Rp99,6 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan tersebut berasal dari beberapa segmen utama, yakni

  • Rp40,2 triliun dari segmen kontraktor penambangan (turun 8% YOY);
  • Rp29,3 triliun dari segmen mesin konstruksi (naik 11% YOY);
  • Rp18,8 triliun dari segmen pertambangan batu bara termal dan metalurgi (turun 9% YOY); dan
  • Rp10,3 triliun dari segmen pertambangan emas dan mineral lainnya (naik 53% YOY).

Sementara itu, laba bersih perseroan turun 26% menjadi Rp11,5 triliun, terutama karena melemahnya kinerja segmen kontraktor penambangan akibat curah hujan tinggi serta penurunan harga jual batu bara di pasar global.

Kendati demikian, UT menegaskan akan terus memperkuat kontribusi dari sektor pertambangan nikel sebagai bagian dari strategi transisi energi dan pengembangan bisnis mineral masa depan.

“Kami optimistis bisnis nikel dapat menjadi penopang pertumbuhan baru perseroan di tengah dinamika harga komoditas,” tutup Ari. (Shiddiq)