Beranda Ekonomi Didorong Hilirisasi Nikel dan Penjualan Emas Laba Antam Naik 197%

Didorong Hilirisasi Nikel dan Penjualan Emas Laba Antam Naik 197%

218
0
Pengolahan di Antam/Dok. Antam

NIKEL.CO.ID, JAKARTA —Kinerja keuangan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) gemilang sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025 (Januari–September 2025). Perusahaan ini meraih laba bersih Rp6,61 triliun, melonjak 197% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,23 triliun.

Lonjakan laba tersebut terutama ditopang oleh penguatan kinerja segmen nikel dan peningkatan penjualan emas, serta efektivitas strategi hilirisasi dan efisiensi operasional yang dijalankan perusahaan plat merah ini.

Direktur Utama Antam, Achmad Ardianto, mengatakan, pencapaian tersebut menunjukkan hasil dari upaya perusahaan yang dipimpinnnya dalam meningkatkan efisiensi dan memperkuat bisnis utamanya di sektor emas, nikel, dan bauksit.

“Kami tidak hanya fokus pada kinerja keuangan, tetapi juga ingin menciptakan nilai jangka panjang melalui pertambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan,” kata Ardianto dalam keterangan resminya, Senin (27/10/2025).

Sepanjang Januari–September 2025, pendapatan Antam naik 67% menjadi Rp72,03 triliun, dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp43,20 triliun. Dari total penjualan, emas menjadi penyumbang terbesar dengan nilai Rp58,67 triliun (sekitar 81% dari pendapatan). Penjualan emas meningkat 64% dibandingkan tahun lalu, dengan volume mencapai 34,16 ton, naik 20% dari 2024.

Sementara itu, penjualan nikel (feronikel dan bijih nikel) mencapai Rp11,15 triliun, naik 83% dibandingkan tahun sebelumnya yang besarnya Rp6,10 triliun. Produksi bijih nikel juga meningkat 72% menjadi 12,55 juta wet metric ton (WMT), sedangkan penjualannya melonjak 97% menjadi 11,23 juta WMT.

Keberhasilan Antam dalam meningkatkan profitabilitas turut diperkuat oleh langkah strategis perusahaan dalam mempercepat proyek hilirisasi mineral. Pada komoditas nikel, Antam tengah menyiapkan fase konstruksi pabrik baterai terintegrasi di Karawang, Jawa Barat, dan Halmahera Timur, Maluku Utara, yang menjadi bagian penting dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik nasional.

“Dengan dimulainya pembangunan proyek baterai terintegrasi, Antam tidak hanya menjadi produsen bahan baku nikel, tetapi juga bagian dari rantai pasok industri energi baru dan terbarukan,” ujar Ardianto.

Selain nikel, Antam juga melanjutkan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah di Kalimantan Barat. Meski berbeda komoditas, proyek ini menunjukkan konsistensi perusahaan dalam mendukung hilirisasi mineral nasional.

Dari sisi keuangan, Antam mencatat EBITDA sebesar Rp9,33 triliun, tumbuh 137% dibandingkan 9M24 sebesar Rp3,93 triliun. Laba usaha juga meningkat tajam menjadi Rp7,89 triliun, naik 323% dari tahun sebelumnya sebesar Rp1,86 triliun.

Perusahaan juga mencatat penurunan beban keuangan sebesar 41% menjadi Rp103,68 miliar, seiring dengan langkah efisiensi dan pengurangan utang berbunga. Selain itu, aset Antam naik 17% menjadi Rp48,07 triliun, sedangkan ekuitas meningkat 16% menjadi Rp35,20 triliun. (Tubagus)