Beranda Nikel Transisi Energi dan Hilirisasi Bikin Saham Nikel Meroket di 2025

Transisi Energi dan Hilirisasi Bikin Saham Nikel Meroket di 2025

148
0
Ilustrasi Nikel (Freepik)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Harga emiten-emiten nikel sepanjang tahun 2025 mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut dinilai karena dorongan dari kendaraan listrik (electric Vehicle/EV) dan program hilirisasi dalam negeri sehingga permintaan nikel global yang terus meningkat.

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Indy Naila menilai, faktor utama di balik reli saham-saham tersebut karena meningkatnya permintaan global terhadap EV dan proyek hilirisasi.

“Karena supply masih sedikit, hal ini bisa mendorong dari sisi kinerja saham nikel,” jelas Indy kepada Kontan, Minggu (12/10/2025).

Kenaikan permintaan ini seiring dengan berjalannya transisi global menuju energi hijau, karena nikel merupakan bahan baku penting dalam pembuatan baterai listrik lantaran kemampuannya yang dapat meningkatkan penyimpanan energi.

Sementara, menurutnya dari sisi fundamental, meskipun sejumlah perusahaan mencatat perlambatan pada pertumbuhan laba bersih akibat fluktuasi harga nikel dunia, namun mayoritas emiten nikel menunjukkan kinerja yang relatif solid sehingga profitabilitas tetap terjaga.

“Secara fundamental masih cukup baik secara profitabilitas, walaupun ada pelemahan di net income growth namun masih positif. OPM (operating profit margin) dan NPM (net profit margin) masih stabil,” jelasnya.

Selain itu, dirinya menilai prospek kinerja ke depan yang utama akan dipengaruhi permintaan dari Tiongkok, yang saat ini masih menjadi pasar utama logam nikel dunia. Lalu, perlambatan ekonomi di negara tersebut juga berpotensi menahan laju kenaikan harga nikel jika permintaan dari sektor industri dan otomotif melemah. Selain itu, proyek-proyek pengolahan dalam negeri juga akan menjadi perhatian pelaku pasar.

Tak hanya itu, menurutnya, potensi oversupply juga menjadi bayang-bayang tersendiri, karena masuknya produksi baru dari beberapa proyek besar, baik di Indonesia maupun luar negeri, bisa menekan harga nikel global jika tidak diimbangi dengan pertumbuhan permintaan yang sepadan.

“Namun, peluangnya masih tinggi mengingat demand untuk EV dan hilirisasi yang besar, jadi margin berpotensi lebih kuat,” pungkasnya.

Sebagai contoh, harga saham PT Central Omega Resource Tbk (DKFT) hingga Jumat (10/10) melonjak 261,90% secara year to date (YtD) ke level Rp760 per saham. Kemudian, harga saham PT Pam Mineral Tbk (NICL) mengalami kenaikan yang lebih tajam 328,85% YtD ke Rp 1.115 per saham. Sementara itu, saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) turut menguat 51,66% YtD ke posisi Rp 1.145 per saham.

Selanjutnya, harga saham PT Merdeka Battery Minerals Tbk (MBMA) juga ikut naik 37,55% YtD ke Rp 630, begitu pula saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) meningkat 25,41% YtD ke Rp 4.540. Kenaikan harga saham tersebut dinilai wajar lantaran prospek jangka panjang nikel yang masih cerah. (Uyun)