NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Direktur PT Mitra Murni Perkasa (MMP) Achmad Zuhraidi menyoroti ketidakseimbangan antara pasokan bijih nikel di Indonesia dengan kapasitas konsumsi dari pabrik-pabrik smelter yang terus bertambah. Kondisi ini dinilai perlu mendapatkan perhatian agar tidak mengganggu keberlanjutan industri pengolahan nikel dalam negeri.
Achmad menyebut, lonjakan pembangunan smelter nikel dalam beberapa tahun terakhir memang mendukung program hilirisasi pemerintah. Namun, di sisi lain, pertumbuhan tersebut belum sepenuhnya diimbangi dengan ketersediaan bijih nikel yang cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi.
“Dari sisi pasokan, memang ada ketidakseimbangan antara produksi bijih nikel yang ada di Indonesia dengan konsumsi yang diperlukan. Dengan semakin banyaknya pabrik-pabrik smelter nikel, terjadi ketidakseimbangan antara supply-demand terhadap bijih nikel,” ujar Achmad dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Jumat (10/10/2025).

Menurutnya, kondisi ini dapat berdampak pada stabilitas harga dan keberlanjutan rantai pasok industri nikel. Karena itu, diperlukan pengaturan dan koordinasi lebih baik antara pemerintah, penambang, dan pelaku smelter untuk menjaga keseimbangan antara ketersediaan bahan baku dan kapasitas pengolahan.
Selain menghadapi tantangan dari sisi pasokan, MMP saat ini juga tengah menyelesaikan pembangunan smelter nikel di Kalimantan Timur yang akan memproduksi high-grade nickel matte, produk yang digunakan untuk bahan baku baterai kendaraan listrik (EV).
“Kita ada di salah satu, bukan yang paling hulu tapi lumayan agak ke hulu. Suka tidak suka, kita akan bergantung dengan keseluruhan supply chain. Yang menginspirasi kita membuat nikel smelter yang memproduksi high-grade nickel matte itu adalah upaya dari pemerintah untuk melakukan swasembada energi,” tuturnya.
Ia menambahkan, dalam rantai pasok global, MMP memiliki fleksibilitas karena mampu memproduksi dua jenis produk yakni nickel matte dan feronikel. Hal ini memberikan ruang bagi perusahaan untuk menjangkau pasar ekspor yang lebih luas.
“Posisi kami sebagai penghasil nickel matte dan juga memiliki fleksibilitas untuk menghasilkan feronikel memberikan akses pasar yang lebih luas. Tidak hanya ke China, tapi juga ke Jepang, Korea, hingga pasar Eropa,” jelasnya.
MMP merupakan perusahaan dengan status 100 persen Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang berkomitmen mendukung agenda hilirisasi pemerintah. Kehadiran MMP diharapkan dapat memperkuat rantai pasok nikel nasional sekaligus menjadi bagian dari ekosistem energi bersih melalui pasokan bahan baku baterai EV. (Tubagus)