Beranda Berita International ICMMS Indonesia 2025 Soroti Dampak Iklim dan ESG dalam Industri Pertambangan

ICMMS Indonesia 2025 Soroti Dampak Iklim dan ESG dalam Industri Pertambangan

181
0
Senior Analis Transition Minerals Partnership (TMP), Justin Muhl saat membuka acara Workshop di KTT Mineral dan Logam Kritis Internasional 2025, di The InterContinental Resort, Bali, Rabu (24/9/2025)
https://event.cnfeol.com/en/evenat/333

NIKEL.CO.ID, BALIInternational Critical Minerals & Metals Summit (ICMMS): Indonesia 2025 secara resmi dibuka hari ini di The InterContinental Resort, Bali. Acara yang berlangsung selama tiga hari, mulai 24 hingga 26 September, ini diselenggarakan Fastmarkets didukung Kementerian Investasi dan Industri Hilir RI dan bertujuan untuk membahas tantangan global sektor mineral di tengah dinamika geopolitik dan perubahan iklim.

Salah satu sesi pembuka diisi oleh Senior Analis Transition Minerals Partnership (TMP), Justin Muhl, sebuah lembaga konsultan global yang fokus pada interaksi perubahan iklim dan isu-isu sosial, lingkungan, dan ekonomi.

“Kami menganalisis bagaimana tantangan-tantangan kompleks, seperti perubahan iklim, mempengaruhi sektor-sektor kunci, termasuk pertambangan dan mineral. Itulah alasan utama kami hadir di sini hari ini,” ungkap Muhl dalam sesi workshop hari pertama KTT, Rabu (24/9/2025).

TMP, yang berdiri sejak 2009, memiliki staf yang tersebar di berbagai negara, termasuk Afrika Selatan dan Indonesia. Dalam paparannya, Muhl menekankan pentingnya pendekatan berbasis data geospasial dan iklim yang bersifat lokal dan jangka pendek untuk menjawab kebutuhan sektor industri masa kini.

https://event.cnfeol.com/en/evenat/333
https://www.fastmarkets.com/events/international-critical-minerals-and-metals-summit-indonesia/

“Kami menghasilkan data iklim untuk lima hingga sepuluh tahun ke depan, bukan hanya proyeksi jangka panjang seperti 2040 atau 2050. Ini penting karena perubahan iklim terjadi sekarang dan dampaknya sudah terasa,” jelasnya.

Menurutnya, perhatian utama TMP saat ini adalah pada peristiwa ekstrem, seperti banjir, kekeringan, dan gelombang panas, yang secara nyata mengganggu operasional perusahaan, memengaruhi masyarakat, serta ekosistem sekitar.

https://inassda.org/event/inassda-full-day-seminar-on-stainless-steel/

“Jenis dampak inilah yang menyebabkan gangguan. Ini yang mempengaruhi kemampuan perusahaan pertambangan untuk memproses material, terutama di daerah yang kekurangan air atau justru terkena banjir,” tambahnya.

Dalam konteks Indonesia yang menjadi pemain utama dalam industri nikel, Muhl menyebut bahwa integrasi antara risiko lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) serta perubahan iklim bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.

https://minerbaexpo.com/
https://minerbaexpo.com/

“Faktor ESG dan iklim adalah isu material yang sangat nyata. Sektor seperti nikel sangat tergantung pada konteks lokal, air, tanah, dan sumber daya alam lainnya,” tegasnya.

Namun, ia juga mengkritisi bahwa data yang tersedia saat ini belum mampu menjawab tantangan tersebut secara efektif.

“Kami menemukan bahwa data yang ada belum cukup untuk memahami interaksi antara iklim dan ESG dalam konteks yang spesifik, lokal, dan jangka pendek. Inilah celah yang kami coba isi,” jelasnya.

Sebagai bagian dari pendekatannya, TMP tidak hanya melakukan analisis dan riset, tetapi juga mendorong solusi kolaboratif melalui pelatihan, workshop, dan kerja lapangan di lebih dari 45 negara.

https://ni-cr-mn-stainlesssteelapac.metal.com/

“Kami berusaha menghadirkan solusi nyata, seringkali bersama mitra lokal, untuk mengelola risiko atau memanfaatkan peluang yang muncul dari data dan analisis kami,” ujarnya.

Pembukaan KTT ini menandai komitmen Indonesia untuk menjadi pusat diskusi global dalam transisi energi, dengan menempatkan keberlanjutan dan adaptasi terhadap perubahan iklim sebagai isu strategis dalam pengelolaan sumber daya mineral dan logam kritis. (Shiddiq)