NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Harita Nickel tengah menjalani proses audit Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA) sebagai upaya memenuhi standar global terkait kepercayaan dunia pada sektor pertambangan. Langkah ini dinilai menjadi contoh penerapan prinsip environmental, social, governance (ESG) di Indonesia untuk menembus pasar internasional.
Dewan Penasihat Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Djoko Widajanto, menilai inisiatif Harita merupakan langkah positif untuk mendorong tambang Indonesia masuk ke level global.
“Harita sudah memulai sesuatu yang bagus. Artinya, tuntutan ESG yang sudah dibuat dan hasilnya masih menunggu,” ujar Djoko dalam Kumparan Green Initiative Conference 2025, di Jakarta, Kamis (18/9/2025).
Menurut Dia, penerapan ESG mencakup berbagai aspek mulai dari manajemen air, pengelolaan sampah, hingga perlindungan biodiversitas. Ia menekankan pentingnya community and social responsibility, dengan pembinaan masyarakat melalui edukasi, pembangunan infrastruktur, hingga peningkatan kesehatan.
“Community and social responsibility jadi pembinaan masyarakat. Tetapi, jangan disalahartikan, kita membina masyarakat bukan memanjakan. Melainkan menyadarkan dengan edukasi bahwa kita bersama-sama maju dan menuju sejahtera agar kita bisa melewatkan tingkat kemiskinan lewat infrastruktur, kesehatan, dan sebagainya,” jelasnya.
Hal menarik lainnya yang disorot Djoko adalah aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Menurut dia, K3 sering dipandang sebelah mata, padahal menjadi kunci dalam pemasaran hasil tambang.
“Jadi K3 ini kadang-kadang kalau kita lihat tambang, itu selalu diletakkan di pojok. Kantornya paling kecil, paling jorok, dan mobilnya paling jelek. Tetapi, sebenarnya kunci pemasaran kalau K3-nya baik dan itu tidak bisa dibedakan dengan divisi produksi divisi komersial, divisi penjualan dan pengembangan usaha,” tegasnya.
Ia menambahkan, pengalaman Indonesia dalam standar ESG sudah berjalan sejak lama melalui berbagai inisiatif internasional. Karena itu, Djoko mengingatkan agar setiap upaya ESG, termasuk IRMA, tidak dimulai dari nol lagi ketika terjadi pergantian kebijakan atau pemerintahan.
“Jadi kita sudah ada sebagian-sebagian maka saya sarankan kepada teman-teman calon pemimpin bangsa ini, peganglah jasmerah supaya tidak mengulangi pekerjaan yang tidak perlu. Karena apa? Di dalam RMI itu sudah dijelaskan, bisa diterapkan untuk mineral yang lain. Jadi, kita tidak perlu mulai lagi dari awal, tapi pakailah yang sudah ada sehingga ada kemajuan berkelanjutan. Jangan ganti pemerintah, ganti ganti pimpinan ganti program, duitnya habis,” ungkapnya. (Tubagus)