

NIKEL.CO.ID, Bogor – Sejumlah mahasiswa asal Sulawesi Tenggara (Sultra) yang menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Pertambangan mengikuti kegiatan Bina Akrab Latihan Kepemimpinan bertema “Persatuan Dalam Keberagaman” di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Jumat (29/8/2025).
Kegiatan ini menjadi ajang pembinaan generasi muda daerah untuk dipersiapkan sebagai tenaga kerja ahli dan profesional di sektor pertambangan.

Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Dr. H. M. Saifulloh, M.Si., yang hadir dalam acara tersebut menekankan pentingnya penguatan literasi digital sekaligus pembangunan kapasitas sumber daya manusia asal Sultra.
“Jadi saya hadir di sini untuk memberikan beberapa materi, terutama yang terkait dengan literasi digital kepada pemuda-pemuda Sulawesi Tenggara yang sedang bersekolah di Jakarta. Kami memandang perlu mereka diberi penguatan pemahaman terhadap media digital,” ujar Saifulloh.

Ia menambahkan, kehadiran mahasiswa teknik pertambangan asal Sultra memiliki peran strategis untuk mendukung daerahnya dalam mengelola potensi tambang, khususnya nikel.
“Pemerintah daerah sudah melakukan langkah yang baik dengan mengirimkan putra-putra terbaik ke Jakarta untuk belajar di bidang teknik pertambangan. Harapannya, mereka bisa berdikari dalam mengelola dan menjaga sumber daya alam Sulawesi Tenggara sehingga hasilnya dapat dioptimalkan untuk kepentingan daerahnya sendiri,” jelasnya.

Dia juga menyoroti isu hilirisasi pertambangan yang menurutnya belum maksimal.
“Hilirisasi itu isu lama, tapi sampai sekarang nikel dan tambang lain masih banyak yang perlu diperbaiki tata kelolanya. Diperlukan anak-anak muda dan kebijakan pemerintah agar kita bisa membangun smelter-smelter sendiri. Idealnya, smelter itu dimiliki oleh putra daerah, karena mereka yang sesungguhnya bisa memanfaatkan hasil sumber daya alamnya,” tegasnya.

Menurutnya, peningkatan kapasitas mahasiswa tidak hanya sebatas akademis, melainkan juga harus diarahkan pada penguasaan teknologi pengolahan hasil tambang.
“Kampus-kampus yang bekerja sama dengan pemda (pemerintah daerah) harus punya visi agar tenaga muda ini memiliki keahlian, tidak hanya dalam pertambangan, tapi juga dalam mengelola hasil tambangnya. Pemda juga harus memikirkan bagaimana ke depan bisa memiliki smelter dan teknologi sendiri,” katanya.

Saifulloh berharap, kegiatan kepemimpinan mahasiswa seperti ini bisa terus berlanjut dan memberikan dampak nyata bagi pembangunan daerah.
“Harapannya acara seperti ini terus berlangsung sehingga menghasilkan outcome yang baik bagi penyelenggara, industri pertambangan, dan pemerintah daerah. Saya berharap suatu saat nanti Sultra bisa menikmati hasil sumber daya alamnya secara maksimal untuk menyejahterakan masyarakatnya sendiri,” pungkasnya. (Shiddiq)