Beranda Berita Nasional IFC: Indonesia perlu Kombinasikan Strategi Investasi dan Penyesuaian Regulasi

IFC: Indonesia perlu Kombinasikan Strategi Investasi dan Penyesuaian Regulasi

43
0
(Paling kanan) Global Sector Lead for Automotive, Electronics, and Machinery International Finance Corporation (IFCI), Asogan Moodaly. Sesi panel, downstreaming Indonesia 's Nickel Production Global Battery Manufacturing. (Dok. NBRI)
(Paling kanan) Global Sector Lead for Automotive, Electronics, and Machinery International Finance Corporation (IFCI), Asogan Moodaly. Sesi panel, downstreaming Indonesia 's Nickel Production Global Battery Manufacturing. (Dok. NBRI)
https://www.apni.or.id/pendaftaranTTM

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Pesaing Indonesia sebagai produsen nikel terbesar bukan hanya dari produsen baterai nickel manganese cobalt (NMC) global, tetapi juga produsen baterai lithium ferro phosphate (LFP). China, contohnya, lebih cenderung bergerak ke arah LFP. Mereka melihat NMC kurang menarik, apalagi teknologi LFP semakin efisien.

Hal demikian diungkapkan Global Sector Lead for Automotive, Electronics, and Machinery of International Finance Corporation (IFC), Asogan Moodaly, saat menyampaikan pandangannya terkait posisi Indonesia di mata dunia dalam hal hilirisasi pada sesi diskusi bertema “Downstreaming Indonesia’s Nickel Production Toward Global Battery Manufacturing”, di International Battery Summit (IBS) 2025, Selasa (5/8/2025).

“Produk low cost seperti LFP terus membaik, sedangkan NMC yang unggul dalam kualitas perlu menjadi lebih murah untuk tetap kompetitif,” imbuhnya.

Sesi panel, downstreaming Indonesia 's Nickel Production Global Battery Manufacturing. (Dok. MNI)
Sesi panel, downstreaming Indonesia ‘s Nickel Production Global Battery Manufacturing. (Dok. MNI)
https://www.heliexpoasia.co.id/?utm_id=Hexia25-MNI&utm_source=media

Menurut Moodaly, pasar Amerika saat ini lebih menantang, teknologinya unggul, sedangkan pasar Eropa tetap menjadi target penting bagi Indonesia, namun memerlukan pemenuhan aspek ESG yang ketat.

Standar produk tinggi yang ditetapkan Uni Eropa menjadi tantangan sekaligus hambatan untuk masuk ke pasar Eropa.

“Kadang-kadang standar ini digunakan sebagai barrier untuk masuk. Namun, secara teknis, pemenuhan seperti pengurangan emisi CO₂ atau penggunaan energi terbarukan bukanlah hal yang mustahil. Tantangannya justru pada aspek sistem, seperti traceability dan extended producer responsibility,” katanya.

https://event.cnfeol.com/en/event/333

Oleh karena itu, katannya mengingatkan, untuk memenuhi ekspektasi pasar global, Indonesia perlu mengombinasikan strategi investasi dan penyesuaian regulasi. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga reputasi industri. 

Baginya, keberhasilan ekspor nikel olahan Indonesia akan bergantung pada kemampuan industri memenuhi regulasi ketat dan membangun kepercayaan pasar internasional.

“Kadang-kadang ini hanya masalah persepsi. Sembilan perusahaan bisa menjalankan praktik yang bertanggung jawab, tapi satu pemain yang tidak bertanggung jawab bisa merusak citra seluruh industri,” tuturnya. (Lili Handayani)