NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Indonesia tetap konsisten menjalankan kebijakan hilirisasi industri nikel meskipun menghadapi sejumlah hambatan dan gugatan dari negara-negara asing, termasuk Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Hal ini disampaikan oleh Chairman Indonesia Mining Institute, Prof. Irwandy Arif, dalam program Mining Zone CNBC Indonesia yang mengangkat tema Indonesia Melawan Stigma Negatif Soal Nikel, Selasa (9/7/2025).
“Ancaman dari Uni Eropa misalnya, mereka menggugat Indonesia ke World Trade Organization (WTO) karena larangan ekspor bijih nikel. Mereka menang di tingkat pertama, Indonesia kemudian naik banding. Namun, hingga kini belum ada keputusan karena proses banding di WTO sedang bermasalah,” ujar Irwandy.
Meski demikian, menurutnya, Indonesia tetap melanjutkan strategi hilirisasi.
“Dari zaman Presiden sebelumnya sampai Presiden yang sekarang, hilirisasi tetap jalan,” tegasnya.
Terkait kerja sama dengan Amerika Serikat, dia menjelaskan bahwa hanya sebagian kecil perusahaan yang bisa lolos dari hambatan perdagangan karena keterikatan dalam kerangka Free Trade Agreement (FTA).
“Yang lolos sangat sedikit, seperti Vale dan Freeport. Lebih dari 25% perusahaan yang terafiliasi dengan China tidak bisa lagi ikut serta karena regulasi. Ini bagian dari persaingan global, terutama dari negara-negara maju terhadap negara berkembang seperti kita,” katanya.
Irwandy juga menyoroti perlunya pembenahan di dalam negeri, terutama penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) oleh pelaku industri tambang nikel.
“Banyak perusahaan menengah ke bawah belum menerapkan ESG dengan baik. Ini berisiko menimbulkan stigma negatif terhadap nikel Indonesia. Kita harus jaga lingkungan, pastikan keselamatan kerja, dan tidak mempekerjakan anak di bawah umur,” imbuhnya.
Ia mencontohkan kasus gugatan Greenpeace terhadap salah satu perusahaan nikel yang memicu reaksi keras dari pemerintah.
“Jangan sampai itu terulang di tambang-tambang lain yang sebenarnya sudah bekerja sesuai aturan,” tegasnya.
Meski menghadapi tekanan eksternal dan tantangan internal, Irwandy menegaskan bahwa Indonesia tidak mundur.
“Delegasi Indonesia sudah beberapa kali berunding ke Amerika, saya juga salah satu wakilnya. Proses masih berjalan. Tapi kita harus tetap memperbaiki diri agar stigma ‘nikel kotor’ bisa dihilangkan,” pungkasnya. (Shiddiq)