NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Ada yang menarik pada hari ketiga penyelenggaraan Indonesia Critical Minerals (ICM) 2025 yang sedang berlangsung di Hotel Pullman Jakarta Central Park di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat, Kamis (5/6/2025). Di antara diskusi marathon tentang mineral-mineral yang jadi incaran dunia itu diselenggarakan breakout room untuk government panel di pagi hari.
Ketua Umum (Ketum) Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Komjen Pol. (Purn.) Drs. Nanan Soekarna, mengatakan bahwa government panel dipimpin olel Wakil Menteri Luar Negeri RI, Arif Havas Oegroseno, dan dihadiri 39 delegasi duta besar dan perwakilan negara penghasil mineral-mineral kritis, serta Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan.
“Hari ini ada breakout room untuk government panel yang dipimpin Pak Wamenlu, Pak Havas. Dan, tadi menghadirkan Pak Luhut sebagai pembicara. Kalau biasanya (dalam ICM sebelumnya, red) tidak ada government panel, maka hari ini ada. Dengan adanya government panel ini kita berharap bisa menindaklanjuti bagaimana membangun bangsa ini dengan dukungan dari semua negara,” ungkap Nanan kepada reporter Media Nikel Indonesia (www.nikel.co.id), Lili Handayani.
Menurut Wakapolri periode 2011-2013 ini, government panel ini menjadi hal positif, yang ke depannya akan dibuat lagi dengan duta-duta besar.
“Ini hal yang positif untuk bisa bersama-sama mengakomodasi bagaimana mengembangkan tambang-tambang ini, Indonesia ini dan didukung negara-negara lain. Saya mengapresiasi Pak Wamenlu yang sudah mengundang para duta besar negara sahabat untuk membahas pertambangan mineral-mineral kritis ini,” kata purnawirawan Polri yang saat ini juga diberi amanah sebagai Wakil Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI).
Ia menjelaskan, dalam pertemuan tadi disinggung nikel, kobalt, aluminium, timah (tin), tembaga (copper), dan batu bara (coal). Berikutnya, tambahnya, Ketua DEN akan mengajak para duta besar atau perwakilannya untuk mengikuti kunjungan lapangan (field trip) ke wilayah-wilayah industri pertambangan kita, seperti Weda Bay dan Morowali.
Ketua Umum APNI itu juga menyinggung soal isu lingkungan. Menurut dia, isu lingkungan merupakan fakta di lapangan yang perlu diakomodasi agar ada solusi dengan tidak mengabaikan hasil nikel, tetapi tetap sejalan dengan environment, social, and governance (ESG).
“ESG ini akan lebih kita fokuskan. Maksudnya mengenai ESG ini ke depannya akan lebih kita khususkan,” ujarnya menutup pembicaraan. (Rus/Li)
