Beranda Asosiasi Pertambangan APNI Inisiasi Terobosan ESG di Industri Nikel: “Event Ini Bisa Jadi Tonggak...

APNI Inisiasi Terobosan ESG di Industri Nikel: “Event Ini Bisa Jadi Tonggak Standar Nasional”

788
0
Head of Sustainability of Nickel Industries Ltd, Muchtazar, Indonesia Forum 2025, Sultan Hotel Jakarta, Senin (2/6/2025)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Untuk pertama kalinya, industri nikel dan mineral kritis di Indonesia memiliki sebuah forum khusus yang secara eksklusif membahas topik Environmental, Social, and Governance (ESG). Acara yang digagas oleh Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) ini mendapat apresiasi tinggi dari para pelaku industri karena dianggap sebagai langkah penting dalam mendorong praktik pertambangan berkelanjutan.

Head of Sustainability of Nickel Industries Ltd, Muchtazar, salah satu narasumber sekaligus pembicara dalam forum tersebut, menilai bahwa acara ini sangat relevan dan membawa nilai tambah yang nyata.

“Menurut saya acara ini sangat penting, karena setahu saya, di tahun ini bahkan beberapa tahun ke belakang, acara yang fokus kepada ESG baru diselenggarakan oleh APNI,” ujar Muchtazar ditengah acara tersebut, Hotel Sultan Jakarta, Senin (2/6/2025).

Menurutnya, ESG selama ini hanya menjadi bagian kecil dari diskusi di berbagai konferensi. Namun kali ini, satu hari penuh dikhususkan untuk membedah tantangan, praktik, dan strategi ESG di sektor nikel. Ia menyebut inisiatif ini sebagai bentuk inovasi yang potensial membawa hasil konkret.

“Mudah-mudahan setelah event ini akan ada produk nyata ataupun pembelajaran yang bisa diambil oleh peserta dan diterapkan di organisasinya masing-masing,” tambahnya.

Sebagai perwakilan dari Nikel Industry Limited, Muchtazar membagikan pengalaman perusahaannya dalam penerapan ESG. Ia mengungkapkan bahwa pendekatan ESG yang baik telah memberikan dampak signifikan, terutama dalam membangun portofolio perusahaan yang lebih unggul dari kompetitor.

“Salah satu benefit-nya, kami bisa punya portofolio yang lebih baik dibandingkan kompetitor sehingga bisa mendapatkan investasi sampai US$3 miliar dalam delapan tahun,” jelasnya.

Meski demikian, ia juga menyoroti sejumlah tantangan besar di lapangan. Menurutnya, ekspektasi ESG global yang tinggi seringkali tidak sejalan dengan kondisi dan karakteristik lokal, terutama karena Indonesia masih tergolong negara berkembang dengan keragaman budaya.

“Ekspektasi ESG bermacam-macam, secara global cenderung tinggi, tapi tantangan di lapangan sangat banyak. Maka kami menyarankan agar Indonesia memiliki standar ESG-nya sendiri,” tegasnya.

Ia pun mengusulkan pembentukan standar ESG nasional melalui kolaborasi antara APNI dan Perhapi sebagai langkah strategis untuk menjawab kebutuhan tersebut.

Selama mengikuti acara, Muchtazar mengaku mendapatkan banyak insight berharga dari berbagai perspektif, baik regulator, perusahaan global, hingga pelaku lokal. Ia menilai bahwa perbedaan sudut pandang inilah yang bisa menjadi fondasi dalam menyusun standar ESG yang kontekstual untuk Indonesia.

“Saya pikir event ini bisa menawarkan sesuatu yang lebih penting dibandingkan dengan kegiatan serupa lainnya. Di sini semua fokus pada ESG, dan kita dapat eksposur dari level global sampai lokal,” pungkasnya.

Forum ini diharapkan dapat menjadi pemicu lahirnya kebijakan atau pedoman ESG yang lebih aplikatif, serta memperkuat daya saing industri nikel Indonesia di pasar global. (Shiddiq/Lily)