NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Harga mineral acuan (HMA) untuk komoditas nikel kembali mengalami penyesuaian pada awal Juni 2025. Berdasarkan data resmi, HMA nikel untuk periode kedua Mei 2025 tercatat sebesar US$15.415 per dmt (dry metric ton). Untuk periode pertama Juni 2025, harga ditetapkan sebesar US$ 15.405 per dmt. Dengan demikian, terdapat penurunan tipis sebesar US$ 10 per dmt antara dua periode tersebut.
Tercatat nikel kadar 1,60% dengan CF 17% dan MC 30% (FOB)/wmt berada di angka US$29,33, sedangkan MC 35% (FOB)/wmt berharga US$27,24. Sementara itu, pada periode kedua Mei lalu, kadar nikel 1,60% dengan CF 17% dan MC 30% (FOB)/wmt berada di angka US$29,35; MC 35% (FOB)/wmt berada di harga US$27,25.
Kadar nikel 1,70%, CF 18%, MC 30% (FOB)/wmt US$33,00. MC 35% (FOB)/wmt US$30,64. Dibanding sebelumnya, kadar nikel 1,70%, CF 18%, MC 30% (FOB)/wmt US$33,02; MC 35% (FOB)/wmt US$30,66.
Nikel dengan kadar 1,80%, CF 19%, dan MC 30% (FOB)/wmt dipatok di harga US$36,88; MC 35% (FOB)/wmt US$34,25. Padahal, HMA sebelumnya lebih tinggi sedikit, yakni US$36,90; lalu MC 35% (FOB)/wmt lebih tinggi lagi, yaitu US$34,27.
Kadar nikel 1,90%, CF 20%dan MC 30% (FOB)/wmt dijual dengan harga US$40,98, tetapi MC 35% (FOB)/wmt dilego US$38,05. Sebelumnya, tercatat kadar nikel 1,90%, CF 20% MC 30% (FOB)/wmt sebelumnya lebih tinggi, yakni US$41,00; MC 35% (FOB)/wmt seharga US$38,05.
Nikel dengan kadar 2,00%, CF 21%, dan MC 30% (FOB)/wmt dilepas dengan harga US$45,29, periode sebelumnya dilepas dengan harga US$45,32. Pada saat sama, nikel dengan MC 35% (FOB)/wmt laku US$42,06, sebelumnya US$42,08.
Turunnya harga nikel, meski kecil, mencerminkan dinamika pasar global nikel yang terus berubah. Beberapa faktor yang diperkirakan berkontribusi terhadap pergerakan harga tersebut antara lain sebagai berikut.
Fluktuasi permintaan global menjadi salah satu faktor penurunan harga nikel. Hal itu terjadi karena permintaan dari sektor kendaraan listrik (EV) dan industri baterai yang masih berfluktuasi, khususnya di China dan Eropa, memberi dampak pada volume pembelian bahan baku nikel.
Stok global dan produksi yang berlebih diperkirakan menjadi salah satu faktor juga. Adanya indikasi oversupply dari beberapa negara produsen nikel besar, seperti Indonesia dan Filipina, turut memberi tekanan pada harga global.
Sentimen pasar dan perkembangan ESG juga berdampak pada penurunan harga nikel. Ketidakpastian seputar kebijakan lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang semakin ketat di sektor pertambangan global, juga memengaruhi sentimen investor dan pelaku pasar terhadap komoditas nikel.
Selain itu, faktor fluktuasi nilai tukar dan harga energi juga menjadi faktor. Volatilitas nilai tukar dolar AS serta harga energi (khususnya batu bara dan gas alam sebagai sumber energi smelter) turut menjadi faktor tambahan yang mempengaruhi biaya produksi dan perdagangan nikel.
Meskipun selisih harga HMA nikel kali ini hanya US& 10 per dmt, perubahan ini tetap menjadi indikator penting bagi pelaku industri hilirisasi, penambang, dan investor untuk memantau tren jangka pendek maupun strategi pembelian dan produksi mereka. (Lili Handayani/R)