Beranda Korporasi Antam Genjot Bisnis Nikel lewat Hilirisasi dan Kerja Sama Strategis

Antam Genjot Bisnis Nikel lewat Hilirisasi dan Kerja Sama Strategis

1027
0
Pertambangan Nikel Antam di Pomala, Sulawesi Tenggara. Dok. Antam

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mencatatkan kinerja impresif pada segmen bisnis nikel selama tahun buku 2024. Di tengah tekanan fluktuasi harga dan kendala regulasi, Antam tetap berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp9,5 triliun dari segmen nikel, menyumbang 14% dari total pendapatan perusahaan yang mencapai rekor tertinggi Rp69,19 triliun.

Kontribusi segmen nikel capai Rp9,5 triliun di 2024, Antam perkuat posisi di rantai pasok baterai kendaraan listrik dan industri hilir nasional.

Direktur Utama Antam, Nico Kanter, menyatakan bahwa tahun 2024 menjadi momentum penting dalam memperkuat fondasi bisnis nikel Antam melalui strategi hilirisasi dan kolaborasi strategis lintas sektor.

“Kami berkomitmen untuk mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik nasional melalui optimalisasi cadangan nikel, penguatan kerja sama bisnis, serta pengembangan entitas hilir yang bernilai tambah,” ujarnya seperti dikutip dari laman Antam, Jumat (2/5/2025).

Menurutnya, sepanjang 2024, Antam mencatatkan volume produksi feronikel sebesar 20.103 ton nikel dalam feronikel (TNi), dengan volume penjualan mencapai 19.452 TNi. Produk ini diekspor ke pasar utama seperti Tiongkok, India, dan Korea Selatan. Sementara itu, untuk bijih nikel, volume produksi mencapai 9,94 juta wet metric ton (wmt), dengan penjualan domestik sebesar 8,35 juta wmt.

“Seluruh volume penjualan bijih nikel ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pabrik feronikel Antam maupun mitra industri pengolahan nikel dalam negeri,” ujarnya.

Kinerja ini, tambah dia, tidak lepas dari penataan operasional dan pemanfaatan cadangan strategis. Antam, melalui anak usahanya PT Sumberdaya Arindo, mencatat peningkatan cadangan nikel signifikan yang menjadi modal penting dalam pengembangan bisnis baterai kendaraan listrik.

“Ini merupakan bagian dari Proyek Kerja Sama Pengembangan Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik, yang menjadi agenda strategis jangka panjang Antam dalam mengeksekusi visi hilirisasi berkelanjutan,” tambahnya.

Langkah nyata lainnya ditunjukkan dengan akuisisi 30% saham PT Jiu Long Metal Industry (JLMI) oleh anak usaha ANTAM, PT Gag Nikel (PTGN), pada Oktober 2024. JLMI merupakan bagian dari Eternal Tsingshan Group Limited, pemain global di industri logam dasar. Dengan masuk ke JLMI, Antam memperkuat jalur penjualan bijih nikel dan memastikan kontribusi nilai tambah dari entitas asosiasi.

“Melalui transaksi strategis ini, Antam tidak hanya mengamankan akses pasar, tetapi juga memperluas kendali atas rantai nilai industri nikel, dari hulu hingga hilir,” kata Nico.

Dia juga menjelaskan, penguatan cadangan juga dilakukan melalui kerja sama dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Sulawesi Selatan. Antam bersama PT Sulsel Citra Indonesia (SCI) dan PT Luwu Timur Gemilang (LTG) mendirikan perusahaan patungan bernama PT Pongkeru Mineral Utama. Proyek ini diharapkan dapat mengoptimalkan potensi cadangan nikel dari WIUPK Blok Pongkeru seluas 4.252 hektare.

Dalam upaya mendukung keberlanjutan, Antam juga menggandeng PT PLN (Persero) untuk menyediakan listrik ramah lingkungan sebesar 150 Megavolt Ampere (MVA) bagi operasional pabrik Smelter Feronikel Pomalaa. Kolaborasi ini merupakan langkah strategis menuju target net zero emission pada tahun 2060.

“Meski menghadapi tantangan regulasi yang mempengaruhi produksi dan distribusi, Antam mampu menjaga ketahanan bisnis nikel melalui adaptasi cepat dan penguatan portofolio,” pungkasnya.

Dengan eksekusi berbagai proyek strategis dan peningkatan efisiensi operasional, Antam diposisikan untuk menjadi pemain kunci dalam transisi energi dan industri kendaraan listrik di Indonesia. (Shiddiq)