Beranda Nikel Sektor Nikel Berkontribusi Signifikan terhadap Kinerja Ekspor Indonesia

Sektor Nikel Berkontribusi Signifikan terhadap Kinerja Ekspor Indonesia

2020
0
Plt. Ketua BPS Amelia Adininggar Widyasanti, Rabu (15/1/2025)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Meskipun terjadi penurunan ekspor pada Desember 2024, sektor nikel masih menunjukkan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja ekspor Indonesia. Berdasarkan laporan terbaru yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertambangan, terutama nikel dan produk turunannya, menjadi salah satu pendorong utama ekspor non-migas Indonesia pada 2024.

Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan, meski terjadi penurunan ekspor sebesar 2,24% secara bulanan pada Desember 2024, nilai ekspor non-migas Indonesia tercatat masih meningkat sebesar 4,78% secara tahunan.

“Peningkatan ini didorong oleh sektor pertambangan, khususnya nikel dan barang-barang turunannya,” ungkap Amalia dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Rabu (15/1/2025).

Pada Desember 2024, nilai ekspor Indonesia tercatat US$23,46 miliar, dengan sektor non-migas berkontribusi sebesar US$21,92 miliar. Meski ada penurunan bulanan, kontribusi ekspor nikel yang mencapai bagian signifikan tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif. Secara tahunan, ekspor non-migas Indonesia mengalami kenaikan, salah satunya berkat lonjakan ekspor nikel dan barang turunannya yang semakin populer di pasar internasional.

Menurutnya, sektor industri pengolahan, yang mencakup nikel dan produk logam, meskipun mengalami penurunan bulanan sebesar 3,55%, masih mencatatkan peningkatan tahunan yang signifikan.

“Ekspor nikel dan barang-barangnya berkontribusi besar terhadap industri pengolahan yang tumbuh 12,24% pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya,” jelasnya.

Pada sektor pertambangan, khususnya nikel, Indonesia terus memperlihatkan dominasinya di pasar global. Negara-negara seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia, dengan ketiganya menyumbang sekitar 44,21% dari total ekspor non-migas Indonesia.

Namun, Amalia juga menyoroti adanya penurunan harga komoditas di pasar internasional, termasuk energi dan logam mulia, yang berkontribusi pada penurunan ekspor di beberapa sektor, termasuk mesin dan peralatan mekanis, serta bijih logam terak dan abu.

Penurunan harga ini turut mempengaruhi kinerja ekspor pada Desember 2024, meskipun secara tahunan, sektor industri pengolahan menunjukkan pertumbuhan yang positif.

Meski menghadapi tantangan dalam beberapa sektor, sektor nikel dan barang-barangnya tetap menjadi penggerak utama ekspor Indonesia. Peningkatan kinerja sektor ini memberikan harapan bagi sektor pertambangan Indonesia untuk terus memperkuat kontribusinya terhadap perekonomian nasional pada 2025 dan seterusnya. (Shiddiq)