Beranda Korporasi CNI: ESG dan Keberlanjutan Jadi Keharusan Industri Pertambangan

CNI: ESG dan Keberlanjutan Jadi Keharusan Industri Pertambangan

1687
0
Imelda Kiagoes di acara 2025 Coal Metal Outlook Conference. Dok: MNI/Aninda.

NIKEL.CO.ID, JAKARTACorporate Secretary Ceria Nugraha Indotama (CNI), Imelda Kiagoes, mengungkapkan pentingnya standar keberlanjutan seperti Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA) dalam operasional perusahaan.

“Proses yang kami jalankan mencakup self assessment, gap assessment, dan mitigasi risiko. Meski ketat, standar ini semakin dikenal, terutama oleh pelaku industri otomotif yang lebih memilih standar seperti IRMA,” jelas perempuan berkulit putih ini.

Ia menekankan bahwa environment, social, and governance (ESG) dan keberlanjutan kini menjadi keharusan bagi industri pertambangan.

“Kita ingin memastikan seluruh life of mine tetap berkelanjutan untuk jangka panjang, dengan fokus pada energi terbarukan dan produk kendaraan hijau,” tambahnya seusai acara 2025 Coal Metal Outlook Conference dikutip Jumat, (6/12/2024).

Terkait pengembangan fasilitas Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) Line 1 CNI, Imelda mengungkapkan bahwa proses cold commissioning telah selesai.

“Elektrifikasi telah rampung dan kami telah menandatangani Renewable Energy Certificate (REC) pada Mei 2024,” ujarnya. Selain itu, fasilitas Barge-Mounted Power Plant (BMPP) untuk mendukung daya listrik telah tiba pada Oktober 2024.

Saat ini, CNI sedang mempersiapkan hot commissioning untuk akhir tahun atau awal 2025, dengan target produksi penuh pada April 2025.

“Prosesnya bertahap untuk mencapai stabilitas mesin dan menghasilkan feronikel berkadar 22%,” jelasnya.

Jetty Sementara Telah Berjalan

“Pada November ini, kami mulai memindahkan operasional ke jetty permanen. BMPP akan segera terkoneksi dengan grid dan mendukung terminal LNG serta fasilitas regasifikasi,” katanya.

Ke depan, CNI akan memprioritaskan pembangunan nickel matte converter sebelum melanjutkan ke RKEF Line 2.

“Nilai investasi nickel matte converter sekitar US$130 juta, dengan konstruksi diperkirakan selesai dalam 12–18 bulan,” ungkapnya. Saat ini, proses pendanaan sedang berlangsung dengan dukungan mitra internasional.

Terkait target produksi, sambungnya, kuota RKAB 2024 untuk nickel ore ditetapkan sebesar 4,2 juta metrik ton.

“Kami masih sesuai jadwal untuk mencapai kuota yang disetujui hingga November ini,” ujarnya menegaskan komitmen perusahaan terhadap target yang telah ditetapkan.

2025 Coal Metal Outlook Conference menjadi wadah strategis bagi CNI untuk mempertegas langkah menuju keberlanjutan dalam industri pertambangan, sambil terus berinovasi dalam pengembangan proyek-proyek nikel yang mendukung transisi energi global. (Aninda)