Beranda Nikel CSIS Sebut Industri Hilirisasi Nikel Belum Beri Kontribusi dalam Transisi Energi

CSIS Sebut Industri Hilirisasi Nikel Belum Beri Kontribusi dalam Transisi Energi

1164
0
Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri. (Foto: Lili Handayani/nikel.co.id)
Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri. (Foto: Lili Handayani/nikel.co.id)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Indonesia memperoleh manfaat yang besar dari hilirisasi nikel, tetapi sayangnya sektor ini belum memberi kontribusi dalam transisi energi. Apalagi, hingga saat ini hilirisasi nikel masih sangat tergantung pada listrik yang diproduksi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang ditenagai batu bara.

Pernyataan menarik tersebut terucap oleh Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri, kepada nikel.co.id usai High Level Policy Dialogue – Action on Climate & Trade (ACT), di Jakarta, Senin (4/11/2024).

“Seratus persen hilirisasi nikel itu energinya disuplai batu bara,” ujar Yose singkat. 

Ia menegaskan, masih banyak permasalahan hilirisasi nikel untuk mencapai transisi energi dan itu perlu dibenahi, tetapi tentu memakan waktu yang cukup panjang.

“Ke depan tentunya kita harus bisa melihat, bagaimana alternatifnya. Walaupun, sayangnya listrik yang sudah dibangun cukup besar sekarang ini,” terangnya.

Hampir 10 persen dari listrik yang ada di Indonesia, sambungnya, besaran listrik yang digunakan untuk mendukung hilirisasi nikel. 

“Itu hampir 10 persen dari listrik yang ada di kapasitas listrik yang ada di Indonesia. Tentu saja ini tidak produktif. Tidak mendukung transisi energi yang kita inginkan. Kita sendiri tahulah, kebanyakan listrik pembangkit listrik itu dibangun memang khusus untuk hilirisasi,” jelasnya.

Jadinya, pembangkit listrik masih punya waktu yang panjang. Biasanya pembangkit listrik 40 hingga 50 tahun. Jadi, kalau baru dibangun untuk hilirisasi, artinya mereka masih punya waktu 30 tahun sampai 40 tahun tadi. Padahal, tahun 2060 kita sudah punya target untuk mencapai net zero emission. (Lili Handayani)