NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Head of PR & Government Relations BYD Motor Indonesia, Luther Pandjaitan, mengatakan, hal yang paling penting dalam transisi energi dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik adalah konsistensi. Hal ini menyikapi rencana pemerintah yang akan mencabut insentif kendaraan listrik pada akhir 2024.
“Konsistensi ini membuat satu rasa convenience dan satu stabilitas dari sisi investasi, khususnya dari sisi assurance terhadap market demand. Jadi kalau pun saya bisa berharap, harapannya kalau bisa kebijakan yang ada sekarang ini yang cukup baik, jangan dikurangi sebaliknya kalau bisa di improve supaya dari sisi investment juga adanya satu kejelasan dari sisi market juga bisa melihat bahwa ini memang satu itikad baik untuk masuk ke transformasi energi yang masif,” kata Luther sebagaimana dikutip CNBC Indonesia dalam segmen AutoBizz, Selasa (20/8/2024).
Selain itu, dia menjelaskan, untuk jangkauan konsumen mobil listrik BYD di Indonesia harus diketahui dari kondisi aturan, kebiasaan masyarakat, kemacetan lalu lintas, lokasi tempat tinggal yang jauh dari area pusat bisnis.
“Tentunya, jangkauan itu sangat fundamental dan sejauh ini hasil penelitian kita jangkauan yang ditawarkan rata-rata sudah di atas 400-an kilometer (km) untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat Indonesia,” jelasnya.
“Memang dibutuhkan suatu perubahan kebiasaan karena ini dari mengisi BBM menjadi mengecas dan ini harus ada pengelolaan kebiasaan lagi yang menurut saya sedikit demi sedikit akan berubah secara perlahan,” sambungnya.
Ia juga memaparkan, mengenai persaingan pasar oleh BYD di Indonesia dengan pabrik kendaraan listrik merek lain dan strategi untuk menjadi pemimpin pasar di Indonesia harusnya membangun kekompakan bukan berkompetisi karena saat ini masih tahap awal pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Pada bulan Juli 2024, secara keseluruhan, EV masih 10% baru bisa berkontribusi terhadap industri. Jadi seharusnya di tahap awal ini pabrik-pabrik kendaraan listrik harus konsern untuk memberikan pendidikan terkait pentingnya transisi energi bahwa betapa konsern dan gentingnya sekarang soal polusi, kualitas udara, pemanasan global dan untuk generasi selanjutnya.
“Sehingga saya tidak melihat di awal-awal ini adalah suatu kompetisi, kita kembangkan pasar EV ini sebesar mungkin,” paparnya.
Menurut Luther, secara sederhana market share dari EV dari tahun ke tahun cukup signifikan mengalami peningkatan khususnya di Indonesia dan juga tumbuhnya kesadaran di Indonesia terhadap pentingnya kendaraan EV. Bahkan per Austus 2024, BYD bisa mencapai jumlah penjualan yang sama dengan penjualan 1 tahun selama 2023. Hal ini merupakan sinyal yang cukup baik bahwa adanya kesadaran masyarakat terhadap EV.
“Saya coba melihat dari beberapa negara yang sudah menjalankan program ini lebih awal dan sudah cukup berhasil secara konsisten seperti di Indonesia melalui Kepemimpinan Pemerintah itu semakin baik secara konsumsinya EV. Jadi saya sangat percaya diri termasuk BYD sangat percaya dengan Indonesia sehingga menanamkan investasinya di Indonesia,” pungkasnya. (Shiddiq)